Tahun Kesehatian HKBP

  • Bagikan
St. Dr. Martuama Saragi
St. Dr. Martuama Saragi

“Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.” ( Filipi 2 : 2 )

Kesehatian dalam Bahasa Yunani diterjemahkan “sehati” , homothumadon, artinya sangat kuat dan almuhit: homo berarti sama, thumos berarti pikiran, kehendak, dan tujuan.

Oleh karena itu “kesehatian” yang dimaksud adalah bersifat holistik. bukan hanya eksternal, tetapi juga internal, bukan hanya mencakup hati dan jiwa, tetapi juga pemikiran dan tujuan.

Bukan sekadar ikatan emosional, tetapi juga kesadaran intelektual, bukan hanya karena kebiasaan, tetapi karena disatukan oleh tujuan.

Kesehatian dimulai dari kerendahan hati dalam diri kita sendiri. lebih khusus kita benar-benar menyadari kerendahan kita dihadapan Tuhan, semua yang kita miliki, kita terima dari Tuhan adalah anugerah, tidak ada yang perlu dibanggakan.

Sikap seperti ini akan menghindarkan kita dari pencarian kepentingan diri sendiri atau pujian yang sia-sia .

Kata “kepentingan diri sendiri” (eritheia) lebih mengarah pada ambisi atau persaingan , kata “pujian yang sia-sia” (kenodoxian) mengandung arti “kehormatan yang kosong”.

Dua hal ini harus terus-menerus dihilangkan dengan kerendahan hati, pikiran yang selalu dikuasai oleh kasih karunia dan tidak ada ruang bagi persaingan dan pencarian pujian di dalam diri kita sendiri.

Kesehatian juga menuntut kepedulian dan perhtian kepada kepentingan orang lain, dalam Fillipi 2 menyatakan bahwa kita kita tidak boleh terus-menerus memperhatikan kepentingan diri sendiri, pada saat kita mencermati suatu objek, kita tidak akan bisa melihat objek-objek yang lain.

Demikian pula jika kita selalu mencermati kepentingan diri sendiri, kita tidak akan mampu melihat kepentingan orang lain.

Jadi, kita tidak dilarang untuk melihat kepentingan diri sendiri, tetapi jangan jadikan itu sebagai fokus yang terus-menerus sehingga kita mengabaikan orang lain.

Refleksi :

  1. Dalam pelayanan “Tahun Kesehatian HKBP 2022” diharapkan ada gerakan kesatuan hati secara bersama-sama untuk melayani dalam berbagai bidang didalam persekutuan dengan saling beriringan semua unsur pelayanan kategorial , Koinonia, Marturia dam Diakonia.
  2. Mari melayani dengan kerendahan hati, yang berarti memperlakukan orang lain lebih utama dari diri kita sendiri, “…. hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada diri sendiri..” ( Filipi 2 : 3 )
  3. Mari melayani dengan lemah lembut, melayani dengan kelemah lembutan memang tidak mudah, dengan pertimbangan karakter kita pada umumnya sangat sulit untuk mengendalikan emosi, pada kondisi-kondisi tertentu menahan diri agar tetap lemah lembut sangat sulit dengan adanya begitu banyak permasalahan-permasalahan dan tekanan yang dihadapi dalam pelayanan.

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang lemah lembut, (Matius 5 : 5) **** Penulis : St. Dr. Martuama Saragi , Majelis HKBP Jakasampurna – Bekasi ****

 

 

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *