MEDAN (Berita): Akedemisi Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Muhammad Alqamari,S.P.,M.P menyesalkan merajalelanya tengkulak menguasai hasil pertanian di berbagai kabupaten/kota sangat merugikan petani kita. Di tengkulak lah yang menyebabkan harga panen petani jatuh.
Hal ini harusnya menjadi perhatian pemerintah Sumatera Utara, Demikian Muhammad Alqamari kepada Berita, Senin, (2/2) ketika ditanyai pendapatnya kesulitan yang dihadapi petani di lapangan.
“Kita sangat menyesalkan tidak adanya pengawasan dari pemerintah akan nasib petani kita.
Memang, pemerintah memberi harga ambang batas untuk harga pembelian atau penjualan hasil komoditi pangan. Namun harga ambang batas tersebut bila dihitung dengan biaya yang dikeluarkan untuk bercocok tanam itu juga masih merugikan petani.
“Ketidak berdayaan modal yang dimiliki petani kita, membuat para tengkulak merajalela. Peran tengkulak juga menyebabkan harga komoditas petani jatuh dan merugikan petani.
Prakteknya, petani diberi pinjaman modal yang hasilnya langsung jatuh ke tangan tengkulak yang membuat harga sesuka hati mereka. Kalaupun para petani memiliki lahan sendiri dan modal untuk bercocok tanam tapi tetap juga merugikan petani dengan jatuhnya harga tersebut setelah panen,”ungkap Alqamari
Alqamari yang juga Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumut ini, lebih jauh mengungkapkan, ketidak berdayakan petani yang mana pada saat panen harga komoditi jatuh.
Sebaliknya pada saat musim tanam, justru harga pupuk pun melonjak. Belum lagi pupuk subsidi saat ini sudah susah didapatkan.
Jadi, petani mau tidak mau harus membeli pupuk non subsidi. Dari hasil kajian dan temuan di lapangan situasi inilah yang umumnya terjadi, sesal Alqamari.
Untuk komoditas padi misalnya, selain peran tengkulak yang merugikan mereka, selain itu, pihak penggilingan padi juga selalu mengambil peran merugikan petani.
Dengan transaksi yang sama meminjamkan modal untuk membiayai saat masa tanam padi. Yang akhirnya saat panen, para petani akan menjual hasil panennya kepada pemilik penggilingan padi tersebut.
Lingkaran setan seperti inilah yang terjadi di lapangan yang akhirnya kadang modal untuk menanam komoditas sampai masa panen tidak menguntungkan malah merugikan petani,ujar Alqamari.
Karena itu, sangat diharapkan kepedulian Dinas Pertanian dan Perindustrian dan Perdagangan meningkat kepedulian atas situasi ini dengan melakukan pengawasan. Dan juga menetapkan harga ambang batas jual yang menguntungkan
Karena akibat tanpa adanya jaminan harga dan pengawasan yang ketat dari pemerintah tentang harga di petani, maka ini akan tetap merugikan nasib petani,papar Alqamari.
Tidak sampai disitu saja,lanjutnya, kurangnya penyuluh di semua kabupaten/kota juga harus menjadi perhatian pemerintah.
Sebab, ini juga salah satu alasan kurangnya hasil panen komoditi karena petani tidak dibekali ilmu atau inovasi pertanian dalam mengelola cara-cara menghasilkan pertanian yang baik dan menguntungkan.
Pentingnya penyuluh bagi petani kata Alaqamari, karena para petani dibekali cara pola bercocok tanam pemanfaatan lahan, pupuk dan berbagai inovasi ilmu pertanian yang bisa dimanfaatkan dengan luas tanah yang diolah petani yang dapat menguntungkan mereka.
Sebagai contoh, ungkap Alqamari, bila tanpa penyuluh mereka hanya bisa menghasilkan lima ton per hektarnya, maka dengan ilmu yang dibekali penyuluh petani bisa menghasilkan panen tujuh lebih.
Begitulah pentingnya penyuluh bagi para petani kita. “Karena itu diharapkan pemerintah harus peduli untuk menambah petugas penyuluh dilapangan untuk membantu petani kita.
Karena selama tiap tiga desa di kecamatan di kabupaten/kota hanya satu penyuluh. Seharusnya satu desa satu penyuluh”, pungkas Alqamari.(lin)