JAKARTA (Berita): Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi secara tahunan sudah menembus 5,71 persen (year-on-year/yoy). Sementara inflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) di Oktober 2022 tercatat 1,66 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, penyumbang inflasi tertinggi secara tahunan, antara lain harga bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, dan tarif kendaraan online.
“BPS memantau inflasi di 90 kota di Indonesia. Terluhat laju inflasi di sebagian besar kota mulai melemah,” ujarnya dalam paparannya di Jakarta, Selasa (1/11). .
Sebaran inflasi, lanjutnya, untuk di Sumatra tertinggi di kota Padang 7,92 persen, di Jawa tertinggi di kota Serang 7,54 persen, di Bali Nusra tertinggi di Kupang 8,06 persen, dan Kalimantan tertinggi di Tanjung Selor 9,11 persen.
Setianto menyampaikan bahwa komoditas pangan, seperti cabai merah, daging ayam ras, dan cabai rawit menjadi penyumbang deflasi 2 bulan secara berturut-turut.
Dua helaskan, cabai merah sejak September turun 0,23 persen dan Oktober turun 2,26 persen, telur ayam juga mengalami penurunan sejak bulan lalu sebesar 8,32 persen dan Oktober 23,40 persen.
“Begitu pun dengan cabai rawit yang mengalami penurunan di Oktober ini sebesar 12,69 persen dan September juga turun 8,95 persen,” terangnya.
Data BPS menyebutkan, mayoritas bahan makan yang menjadi penyumbang deflasi pada Oktober ini misalnya, cabai merah pada September turun 0,23 persen dan pada Oktober turun 2,26 persen.
Kemudian, telur ayam ras pada September naik 0,64 persen dan pada Oktober turun 8,05 persen. Lalu, daging ayam ras September turun sebesar 8,32 persen dan turun lagi sebesar 23,40 persen pada Oktober. Cabai rawit turun pada September sebesar 8,95 persen dan Oktober turun 12,69 persen.
“Jadi, bisa dikatakan deflasi Oktober ini didorong oleh beberapa komoditas seperti cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan cabai rawit. Harga cabai merah, daging ayam ras, dan cabai rawit mengalami deflasi 2 bulan berturut-turut,” tutur Setianto.
Setianto menjelaskan, deflasi terdalam terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yaitu sebesar -0,97 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,25 persen. (agt)