Literasi Dan Inklusi Santri Sejak Dini Sangat Dibutuhkan

  • Bagikan
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi saat membuka acara Edukasi Keuangan Syariah dalam rangka Hari Santri Nasional 2022 di Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Jogja, secara virtual, akhir pekan.beritasore/ist
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi saat membuka acara Edukasi Keuangan Syariah dalam rangka Hari Santri Nasional 2022 di Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Jogja, secara virtual, akhir pekan.beritasore/ist

JAKARTA (Berita): Pemahaman literasi dan inklusi bagi para santri sejak dini sangat dibutuhkan, mengingat Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Namun tingkat literasi keuangan di Indonesia saat ini masih kecil sekitar 38 persen dan tingkat inklusi lumayan 76 persen.

“Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama pemerintah menargetkan inklusi pada tahun 2024 mencapai 90 persen,” kata Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi saat membuka acara Edukasi Keuangan Syariah dalam rangka Hari Santri Nasional 2022 di Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Jogja, secara virtual, akhir pekan.

Dalam kesempatan tersebut diikutsertakan juga secara virtual Pondok Pesantren Darunnajah – Jakarta, Pondok Pesantren Mathla’ul Anwar Leuwipanjang – Banten, Pondok Pesantren API Syubbanul Wathon Secang – Magelang, dan Pondok Pesantren Al-Anwar – Bangkalan, dengan dihadiri sekitar 4 ribu santri.

Dia katakan, OJK selalu mendorong  pendidikan edukasi dan literasi ke masyarakat cara meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan.

Sebab pemahaman hal tersebut perlu agar bisa mencapai inklusi keuangan tahun 2024 sebesar 90 persen.

Friderica yang biasa dipanggil Kiki mengatakan, untuk literasi dan inklusi keuangan syariah masih jauh lebih rendah dari yang konvensional. Untuk literasi syariah mencapai 8,9 persen dan inklusi mencapai 9,1 persen.

“Untuk pengetahuan tentang keuangan syariah kalau dilihat literasi dan inklusi jauh lebih rendah daripada yang konvensional yaitu sekitar sekitar 8 -9 persen.

Itu masih kecil banget,  jadi ayo adik adik santri sama-sama belajar supaya meningkatkan indeks ini “ ajaknya.

Kiky juga mengatakan, para santri ini akan menjadi penerus bangsa yang harus bisa mengelola dan pintar keuangan dengan baik, agar terhindar dari investasi ilegal  atau pinjaman ilegal.

“Semua nanti santriwan santriwati ini akan mengelola keuangan, misalnya santriwati bisa mengelola keuangan rumah tangga, bisa berinvestasi , nanti punya asuransi,.

Kalau santriawan juga mungkin pengurus keuangan, tapi  jangan sampai kena skema-skema penipuan investasi,“ anjurannya.

Kiky berharap seluruh santriwan santriwati ini ketika sudah lulus dari Pondok pesantren bisa memberikan manfaat kepada masyarakat melalui pengetahuannya tentang apa yang dipelajari di pondok dan Insya Allah  ke depan akan semakin banyak ilmu yang dipelajari tentang keuangan yang memberikan penerangan ini kemudian menjadi agen perubahan di masyarakat yang akan bisa mendorong pemberdayaan ekonomi umat.

Kiki mengutip pernyataan Wakil Presiden Republik Indonesia  Ma’ruf Amin yang juga merupakan ketua Dewan Pembina Masyarakat ekonomi syariah menyampaikan bahwa Pesantren merupakan garda terdepan dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin.

“Kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan bermanfaat bagi manusia maupun alam.

Apalagi era global ini, produk dan layanan jasa keuangan syariah dapat menjadi solusi dalam mendukung aktivitas transaksi keuangan di sekitar pondok pesantren.

Mengenalkan pesantren dengan layanan jasa keuangan syariah yang legal, ujar Kiki, juga mengantisipasi bahaya pergerakan lembaga ilegal seperti pinjaman online ilegal yang belakangan marak dan banyak dikeluhkan masyarakat.

“Dengan paham literasi keuangan, para santri bisa mengingatkan orang terdekatnya, seperti orang tuanya agar tidak menjadi korban pinjaman ilegal, dan OJK akan membantu memberi informasi juga edukasi,” ujar Kiki.

Gerakan Menabung 

Kiki menyampaikan, OJK meluncurkan Gerakan Santri Menabung dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah dalam peringatan Hari Santri Nasional.

Gerakan Santri Menabung sebagai bentuk ikhtiar OJK dengan masyarakat ekonomi syariah dalam mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah di kalangan santri.

Gerakan menabung dengan tema Santri Cakap Literasi Keuangan Syariah atau di singkat SAKINAH.

Tujuannya agar para santri dapat mempelajari berbagai produk keuangan, sehingga bisa diterapkan dikemudian hari ketika santri berada ditengah masyarakat.

Pengasuh Ponpes Al-Munawir Krapyak, Kiai Haji Raden Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir, mengatakan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah perlu sinergi kuat di antara berbagai elemen masyarakat terutama santri dan pesantren.

Tujuannya memperkuat ekosistem pembangunan ekonomi dan keuangan syariah yang inklusif.

Kiki menambahkan, Kementerian Agama mencatat total santri di Indonesia sampai 2022 mencapai 4,1 juta tersebar di 2.722 pesantren.

Itu baru santri dari NU saja. “Jumlah pondok pesantren dan santri yang besar ini jelas elemen penting mendorong kemajuan peradaban di pesantren,” jelasnya. (agt)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *