Warga Tanjung Hataran Tolak Rapid Test

  • Bagikan
Warga Desa Tanjung Hataran saat melakukan aksi di kantor kepala desa, Senin (29/6)
Warga Desa Tanjung Hataran saat melakukan aksi di kantor kepala desa, Senin (29/6)

SIMALUNGUN (Berita): Ratusan warga Desa (Nagori) Tanjung Hataran, Kec. Bandar Huluan, Kab. Simalungun, Senin (29/6), melakukan aksi unjuk rasa di kantor kepala desa (pangulu) setempat, menolak dilakukan rapid test terhadap warga.

Selain itu, warga juga meminta kepada Bupati Simalungun, JR Saragih, selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kab. Simalungun, untuk memulangkan warga Tanjung Hataran yang dirawat di rumah sakit.

Aksi unjuk rasa warga yang tergabung dari Dusun I, II dan III Desa Tanjung Hataran, berlangsung tertib dan ditandai dengan orasi serta karton bertuliskan ” tolak rapid test, kami tidak butuh nasi kotak, pulangkan keluarga kami dan bersihkan nama nagori (desa) kami”.

Bukan hanya itu, warga juga menolak menerima nasi kotak dengan cara menutup jalan, sehingga sekitar 870 nasi kotak yang siap untuk dibagikan kepada warga di Dusun II dikembalikan ke dapur umum di SMPN Tanjung Hataran.

Warga mengatakan, adanya aksi tersebut bermula dari adanya informasi tim medis akan melakukan rapid test kepada warga di daerah tersebut yang diduga terpapar virus corona (Covid-19). 

” Kami merasa sehat dan tidak butuh rapid test. Kami minta saudara kami yang di rumah sakit segera dipulangkan karena sudah lebih 14 hari di rumah sakit. Mohon nagori kami ini dibersihkan dari isu Covid-19, karena kami seperti merasa dikucilkan atau najis. Sekali lagi kami berharap agar Bupati Simalungun bisa memulangkan saudara kami,” ujar Gusti salah seorang pengunjuk rasa.

” Warga yang di bawa ke rumah sakit sudah lebih 14 hari seharusnya dipulangkan, tetapi sampai saat ini belum ada kabarnya. Kalau makan saja berapalah itu. Kami minta agar warga yang di rawat di rumah sakit segera dipulangkan,” timpal Nurama. 

Sementara, Pangulu Nagori (Kepdes) Tanjung Hataran, Rusli, memohon maaf kepada warga. Dia mengatakan jika ada kesalahan disitu silahkan menempuh jalur hukum. 

Sedangkan Camat Bandar Huluan, Masrah, dihadapan ratusan warga mengatakan akan menyampaikan aspirasi dan tuntutan warga kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kab. Simalungun.

Camat mengatakan tidak punya hak untuk mencabut isolasi yang ditetapkan atas desa Tanjung Hataran. Menurut Camat, yang lebih mengetahui tentang itu adalah tim gugus tugas kabupaten, karena masalah Covid-19 adalah masalah nasional, bukan hanya masalah desa Tanjung Hataran.

Aksi unjuk rasa berakhir setelah Camat meminta 4 orang perwakilan warga untuk menghadap sekaligus minta penjelasan dari Gugus Tugas Kab. Simalungun di Posko Covid-19 jalan Sangnaualuh Kec. Siantar.

Sementara, Humas Gugus Tugas Kab. Simalungun, Akmal Harif Siregar, saat dihubungi lewat pesan WhatsApp, Senin (29/6) malam, membenarkan adanya perwakilan warga Tanjung Hataran yang datang ke Posko Covid-19 Kab. Simalungun.

” informasi yang saya terima, mereka (perwakilan warga Tanjung Hataran) diterima KA Pusdalops Bencana dan Kadis Kesehatan.  Tuntutan mereka meminta pulang pasien karena sudah lewat 14 hari dirawat,” kata Akmal.

Kasus Covid-19 Terus Bertambah

Jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di Kab. Simalungun terus bertambah dan kini sudah mencapai 76 orang. Dari 32 kecamatan yang ada, jumlah pasien paling banyak berasal dari Desa (Nagori) Tanjung Hataran, Kec. Bandar Huluan, sebanyak 40 orang.

Dari 76 kasus positif Covid-19 tersebut, pasien yang masih dirawat di rumah sakit sebanyak 53 orang, 21 orang dinyatakan sembuh dan 2 orang meninggal dunia.

Berdasarkan update data dari Posko Utama Covid-19 Kab. Simalungun, Senin (29/6) pukul 08.00 Wib, ke 53 pasien positif (PCR dan Rapid Test) tersebut diantaranya 25 orang dirawat di RS Darurat Fasilitas Covid-19 Batu 20, kemudian 20 orang di rawat di RSUD Perdagangan, 1 orang dirawat di RST P.Siantar, 1 orang dirawat di RSUD Parapat, 3 orang dirawat di RS Marta Friska dan 2 orang dirawat di RS Bunda Thamrin dan 1 orang isolasi mandiri.

Dari 32 kecamatan se Kab. Simalungun, kasus paling banyak terdapat di Desa Tanjung Hataran Kec. Bandar Huluan mencapai 40 kasus. Meski sudah lebih 14 hari dirawat, namun hingga sejauh ini belum ada pasien dari desa Tanjung Hataran ini yang dinyatakan sembuh. (Wsp).

Berikan Komentar
  • Bagikan