MEDAN (Berita): Pakar Ekonomi Gunawan Benjamin (memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di tahun ini 2021 masih akan terjadi resesi dan negatif.
Situasi ini dikarenakan masih belum berakhirnya Covid-19 yang dengan itu juga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No.01 tahun 2022 untuk pengendalian penyebaran pandemi.
Dan juga pemberlakuan lockdown yang dilakukan oleh sejumlah negara besar dan beberapa isu perang dagang yang kian memanas membuat kita harus was-was akan kemungkinan perlambatan ekonomi yang lebih buruk di tahun ini.
Demikian Gunawan Benjamin kepada Berita, Senin, (1/2) menyikapi pertumbuhan ekonomi yang masih berpeluang mengalami pelemahan.
Masih terjadinya penurunan ekonomi itu dapat dilihat pada akumulasi tiga kuartal di 2020 juga tidak begitu bagus hasilnya. Masih menunjukan tren penurunan. Ini tentunya menjadi kabar yang tidak menggembirakan.
Dikatakan Benjamin, kinerja ekonomi di tahun 2020 diperkirakannya tumbuh negatif. Meskipun datanya baru akan dirilis nanti pada hari jumat pekan ini. Namun sejumlah indikator menunjukan bahwa baik nasional maupun wilayah Sumatera Utara khususnya berpeluang mencetak pertumbuhan minus,paparnya
Untuk Sumatera Utara,lanjut Benjamin, dikuartal pertama memang masih menikmati pertumbuhan. Namun di kuartal kedua dan ketiga pertumbuhannya minus.
Dari penyebaran covid 19 saja, lanjut Benjamin, sejauh ini pemerintah telah direpotkan dengan penambahan jumlah kasus covid 19 yang belum teratasi. Dampaknya ke pertumbuhan ekonomi kian terasa berat.
Meski,di tahun 2020 kita juga sudah mengalami pembatasan kegiatan masyarakat yang terus menggerus daya beli. Dan kondisinya justru masih berlanjut di 2021,jelas Benjamin
Sudah tentu beban atau tekanan itu akan semakin berat tentunya. Kondisi keterpurukan ekonomi yang berkepanjangan memicu pelemahan daya beli yang akan terus tergerus nantinya,tambah Benjamin.
Diuraikan Benjamin, kalau dulu semasa awal pandemi kita berasumsi bahwa pandemi hanya berlangsung paling lama enam bulan, lalu kita berasumsi bahwa 2022 ekonomi sudah mulai pulih seperti sebelum masa pre-covid.
Namun faktanya, justru pandemi sudah berjalan satu tahun tidak membawa perubahan. Dan kalau kita berasumsi bahwa di pertengahan tahun 2021 pandemi akan berakhir, maka pemulihan ekonomi baru akan terlihat di 2025 mendatang, prediksi Benjamin
Dan selama itu, daya beli masyarakat belum akan mengalami pemulihan. Jadi bentuk kurvanya itu sudah terbayang sejauh ini.
Menurut Benjamin, dan upaya yang paling bisa dilakukan masyarakat adalah memberlakukan protol kesehatan secara ketat.
Dalam hal ini pemerintah harus memaksa dengan aturan yang bisa memberikan punishmen atau hukuman bagi mereka yang tidak menjalankan protokol kesehatan (Prokes),ucap Benjamin.
Itu masih bicara pandemi, belum bicara kemungkinan perang dagang berlanjut atau mungkin agresi militer yang terjadi antara AS dengan China di laut china selatan.
Dampaknya, bisa memperburuk kinerja ekonomi di tanah air, termasuk di Sumut. ‘Jadi saya justru mengkuatirkan dampak yang mungkin bisa timbul dari tekanan karena covid 19 serta ancaman perang tersebut dalam 6 bulan yang akan datang,ujar Benjamin.
Sementara ada Ramadahan dan Lebaran tahun ini akan menjadi ujian baru bagi ketahanan ekonomi nasional.
“Saya justru mengkuatirkan pandemic yang belum akan berakhir akan membuat masyarakat terus mengerem belanjanya. Khususnya masyarakat menengah keatas.
Sementara masyarakat miskin justru hanya berharap dari bantuan sosial. Dan tentunya bisa membuat kita terjebak dalam resesi yang berkepanjangan atau mungkin krisis ekonomi,urai Benjamin lagi.
Disini pentingnya alokasi anggaran yang besar untuk Bansos. Kita saat ini tengah berupaya untuk mempertahankan daya beli, namun belum memperbaiki daya beli.
Benjamin pun mengingatkan, pentingnya kebijakan yang lebih menekankan pentingnya menjaga daya beli tersebut. Karena bisa makan saja syukur Alhamdulillah,ujar Benjamin. (lin)