Pemulihan Ekonomi Membaik Tahun Depan, Ada Risiko Perlu Diwaspadai 

  • Bagikan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo

JAKARTA ( Berita ) : Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, meskipun optimistis pemulihan ekonomi akan membaik pada tahun depan.

Namun, dia memandang masih ada sejumlah risiko yang perlu terus diwaspadai ke depan.

“Pertama, normalisasi kebijakan moneter negara maju,” katanya dalam webinar, Outlook Perekonomian Jakarta 2022 : Herd immunity & Pemulihan Ekonomi, Jumat (24/12/2021).

Menurutnya, langkah normalisasi kebijakan negara maju akan berdampak pada terbatasnya aliran modal asing, sehingga akan menekan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dia katakan, normalisasi kebijakan negara maju yang akan memberikan efek rambatan ke negara berkembang menjadi salah satu fokus pembicaraan di dalam Presidensi G20 Indonesia.

“ini memang harus kita upayakan di Presidensi G20 agar [normalisasi kebijakan moneter] direncanakan secara baik, dikalibrasi secara baik, dan terutama dikomunikasikan secara baik,” ujarnya.

Tantangan kedua, lanjut Perry, adalah mengatasi dampak luka memar atau scarring efek pada korporasi akibat pandemi Covid-19, terutama di negara maju.

Langkah yang perlu dilakukan, menurutnya adalah dengan melakukan pembukaan sektor-sektor usaha, reformasi di sektor riil, maupun berbagai langkah yang diarahkan pada penanganan sektor riil khususnya korporasi.

Tantangan ketiga, yaitu meluasnya digitalisasi di seluruh aspek kehidupan, termasuk juga di bidang sistem pembayaran antar negara, serta risiko aset kripto.

Keempat, semakin kuatnya tuntutan ekonomi dan keuangan hijau dari negara maju. Untuk itu Indonesia harus siap melakukan transisi ke proyek-proyek hijau dan ramah lingkungan, termasuk sektor keuangan.

“Perbankan dan sektor keuangan tentu saja harus mempersiapkan bagaimana bisa membiayai proyek-proyek yang hijau, tentu saja BI pun akan melakukan langkah-langkah [mendorong pembiayaan ke sektor hijau],” jelasnya.

“Tantangan kelima adalah semakin melebarnya kesenjangan, terutama di masa pandemi ini. Oleh karena itu, upaya peningkatan inklusi ekonomi dan keuangan menjadi penting, termasuk melalui digitalisasi,” urai Perry. (agt)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *