KPPU Cermati Isu Mafia Beras

  • Bagikan

MEDAN (Berita): Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I Ridho Pamungkas menyambut baik upaya Perum Bulog Kanwil Sumut yang telah menyalurkan beras sebanyak 2.710.260 ton beras dalam rangka menjaga Sabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

“Namun di sisi lain, kami terus mencermati munculnya isu mafia beras di tengah kenaikan harga beras beberapa waktu belakangan ini,” ungkap Ridho kepada wartawan Jumat (27/1).

Menurutnya, keberadaan mafia beras sangat mungkin terjadi pada komoditi dengan struktur pasar oligopoli dan sifat harga yang inelastis.

Dalam rantai distribusi beras yang relatif panjang, mulai dari petani yang memproduksi gabah kemudian dijual ke pengepul, lalu dari pengepul akan membawa gabah masuk ke peggilingan.

Setelah digiling, beras dibawa ke pedagang besar yang meneruskan ke agen, sub-agen, retailer baru ke konsumen atau ‘end user’.

Terdapat pelaku usaha yang dominan di tengahnya, yakni penggilingan dan pedagang besar.

“Penggilingan dan pedagang besar menguasai pembelian gabah dari petani dan menguasai penjualan ke end user, jadi mereka punya potensi mengatur pasokan dan harga.

Sementara harga beras sendiri bersifat inelastis, artinya kenaikan berapapun akan tetap terserap oleh masyarakat,” ujarnya.

Menurut Ridho, pemerintah perlu melakukan terobosan untuk memangkas rantai distribusi dan mengurangi posisi tawar pelaku usaha dominan di pasar.

Di samping mengoptimalkan peran Bulog, pemerintah dapat mendorong peran koperasi sebagai pengepul beras yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan posisi tawar petani.

Ridho menambahkan apabila ada pihak-pihak yang mengetahui informasi adanya permainan mafia beras, misalnya dalam menahan pasokan, segera sampaikan ke KPPU.

“Nantinya kami akan lakukan kajian yang lebih mendalam. Apabila ada indikasi kuat ke arah kartel dan bukti sudah cukup, akan masuk ke perkara inisiatif,” pungkasnya.

Pantauan dari sejumlah pasar tradisional di kota Medan, harga beras sejauh ini masih stabil dalam rentang Rp 9.750 hingga Rp13.200 per kg nya (mulai harga beras murah hingga super).

Dengan kualitas beras Bulog yang setara atau diatas medium. Maka harga beras Bulog yang dijual di kisaran Rp 8.600 per kg (harga tebus di Bulog), maka pedagang bisa menjual dikisaran Rp 9.000-an per kg, atau setidaknya di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 9.950 per kg.

“Jadi hitunganya saya, pada dasarnya beras Bulog ini bisa menekan harga mulai dari beras kualitas bawah hingga yang super,” kata Gunawan Benjamin, pengamat ekonomi Sumut.

Menurut Gunawan, yang perlu diwaspadai adalah oknum pedagang yang bisa saja bermanuver untuk mendapatkan keuntungan.

Oknum tersebut bisa saja menumpuk barang, mengganti kemasannya, hingga melakukan pengoplosan beras.

“Satgas pangan khususnya KPPU harus berada di pasar untuk mengawasi distribusi beras saat ini,” kata Gunawan. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *