Gubernur BI Yakin Nilai Rupiah Menguat

  • Bagikan

JAKARTA (Berita): Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pada awal tahun ini tercatat aliran modal asing masuk US$2,4 miliar atau setara dengan Rp35,9 triliun (kurs Rp14.978 per dolar AS) ke pasar keuangan Indonesia.

Perry menilai derasnya aliran modal asing ini mendukung stabilitas rupiah. Dikarenakan kondisi eksternal Indonesia yang dinilai  baik, tercermin dari transaksi berjalan yang diperkirakan mencapai 0 persen dari PDB, dengan neraca pembayaran yang diperkirakan mencetak surplus.

“Kami yakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi bahwa rupiah akan menguat,”  tegasnya dalam acara Peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023)

Hal ini, lanjutnya, didukung dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi rendah, neraca pembayaran surplus, dan prospek ekonomi yang baik.

Sepanjang Januari 2023 aliran modal asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp48,08 triliun.

Pada periode yang sama, terjadi aliran modal keluar dari pasar saham sebesar Rp6,83 triliun.

Perry memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan tumbuh pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen, dengan titik tengah di 4,9 persen.

Menurutnya, ekonomi Indonesia berpotensi menembus 5 persen jika diikuti dengan konsumsi masyarakat yang lebih kuat.

Di sisi lain, BI memastikan tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I/2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen pada semester II/2023.

Penurunan yang lebih cepat tersebut melanjutkan tren pada akhir 2022, yang mana BI memperkirakan tingkat inflasi Desember 2022 akan mencapai 6,5 persen, namun realisasinya tercatat sebesar 5,51 persen.

“Inflasi setelah penyesuaian harga BBM turun lebih cepat dari yang kita perkirakan. Semula kita perkirakan 6,5 persen, tetapi realisasinya 5,51 persen,” ungkap Perry.

Hal ini menjadi suatu capaian jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang banyak mengalami inflasi di atas 8 persen, tambah Perry.

Di kesempatan yang sama Bank Indonesia juga meluncurkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah (KEKSI) 2022 yang merupakan bagian dari dukungan nyata Bank Indonesia dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Kedua publikasi ini mengangkat tema “Sinergi dan Inovasi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Menuju Indonesia Maju”.

“Kami melihat sinergi dan inovasi adalah dua kata kunci ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi rentetan gejolak global dan menjadi elemen strategis dalam mempercepat kebangkitan ekonomi menuju Indonesia Maju,” tegas Perry. (agt)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *