BI : Cadangan Devisa 144,9 Miliar Dolar AS

  • Bagikan
Gubernur BI Perry Warjiyo pada RDG di Jakarta yang juga digelar secara live streaming, Kamis (20/1). beritasore/laswie wakid
Gubernur BI Perry Warjiyo pada RDG di Jakarta yang juga digelar secara live streaming, Kamis (20/1). beritasore/laswie wakid

JAKARTA (Berita): Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2021 tetap tinggi, yakni 144,9 miliar dolar AS, setara pembiayaan 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Ke depan, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia atau NPI pada 2022 diprakirakan tetap terjaga,” kata Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar di Jakarta secara live streaming Kamis (20/1).

Kondisi itu, kata Perry, dengan defisit transaksi berjalan yang diprakirakan tetap rendah dalam kisaran 1,1 persen – 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Selain itu, surplus neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan lebih besar dibandingkan tahun lalu, terutama dari arus modal asing khususnya dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) sejalan dengan langkah-langkah perbaikan iklim investasi di dalam negeri.

Ia menambahkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik. Surplus NPI pada 2021 diprakirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, didukung oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus sekitar 0,2 persen dari PDB dan surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat.

Memasuki awal tahun 2022, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik berlanjut tercermin dari investasi portofolio yang mencatat netinflows yang terbatas sebesar 0,2 miliar dolar AS sampai dengan 18 Januari 2022.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terjaga didukung oleh langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia dan ketahanan sektor eksternal Indonesia, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut.

Nilai tukar rupiah pada 19 Januari 2022 melemah 0,77 persen secara point to point dan 0,01 persen secara rerata dibandingkan dengan level Desember 2021.

“Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut disebabkan oleh aliran masuk modal asing yang masih terbatas di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik,” ungkap Perry.

Depresiasi rupiah tersebut relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina (0,98 persen ytd) dan Rusia (2,89 persen ytd).

Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut.

“Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” tegasnya. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *