22.450 RT Petani Sumut Ikut Sampel Survei Pertanian Terintegrasi

  • Bagikan
BPS Sumatera Utara Dwi Prawoto pada acara Workshop wartawan dalam rangka Pembinaan dan Sosial Ekonomi Sumatera Utara tahun 2021" di Thong's Inn Hotel, Lubukpakam Rabu (29/9).beritasore/Laswi Wakid
BPS Sumatera Utara Dwi Prawoto pada acara Workshop wartawan dalam rangka Pembinaan dan Sosial Ekonomi Sumatera Utara tahun 2021" di Thong's Inn Hotel, Lubukpakam Rabu (29/9).beritasore/Laswi Wakid

LUBUKPAKAM (Berita): Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI), termasuk di Sumatera Utara dengan target sampel 22.450 rumah tangga (RT) petani.

Fungsi Koordinasi Statistik Produksi BPS Sumatera Utara Dwi Prawoto mengatakan hal itu pada acara Workshop wartawan dalam rangka Pembinaan dan Sosial Ekonomi Sumatera Utara tahun 2021″ di Thong’s Inn Hotel, Lubukpakam Rabu (29/9).

Dwi menyebut secara keseluruhan SITASI dilakukan di 34 provinsi dengan 513 kabupaten/kota di Indonesia (kembali Jakarta Pusat dan DKI Jakarta). Target sampel meningkatkan 298.779 rumah tangga (RT), 1.219 non rumah tangga (NRT) pertanian dan 1.177 perusahaan pertanian. Dari data itu, di Sumut melibatkan 22.450 RT yang tersebar di 33 kabupaten/kota.

“Semua kabupaten dan kota di Sumut terkena sampel SITASI. Biasanya kabupaten yang potensi pertanian paling besar di situ paling banyak disampel,” jelas Dwi.

SITASI dilaksanakan secara bertahap mulai 20 September pemutakhiran data, pengambilan sampel 20 Oktober dan selesai 23 Nopember 2021. Petani disampel dengan tiga jenis kuisioner yakni modul KOR yakni mengetahui kondisi rumah tangga petani, ekonomi meminta data seberapa besar pendapatan petani dari usaha tani yang diperolehnya dan mesin-mesin, alat pertanian dan aset.

“Moda pengumpulan datanya dari rumah tangga pertanian, non rumah tangga pertanian sampai perusahaan pertanian,” kata Dwi.

Menurutnya, data dari survei SUTASI ini lebih dalam dan lebih banyak dibanding data dari Sensus Pertanian yang akan dilaksanakan pada tahun 2023. “Bisa saja kalau SITASI berhasil maka sensus pertanian tak ada lagi,” ungkapnya.

Tujuan SITASI/Agris supaya terjadi keseragaman dalam metodologi pengumpulan data pertanian, memenuhi kebutuhan data pertanian, meletakkan data sistem dan memungkinkan untuk dilakukan secara berkelanjutan.

Uji coba SITASI dilakukan tahun 2020 di tiga provinsi yakni Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Jumlah petani skala kecil/small scate food production (SSP) di Jabar 35,82 persen, Jatim 21,15 persen dan  NTB 23 persen. Ketiganya menghasilkan 36,30 dolar AS SSP. “Dengan pertanian terintegrasi kita wujudkan petani sejahtera,” ungkap Dwi.

Selain SITASI, tambahnya, BPS juga melaksanakan Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) tahun 2020.  Sedangkan hasil SUTAS tahun 2018  tercatat jumlah rumah tangga petani di Indonesia 27,68 juta dan jumlah petani di Indonesia 33,48 juta. “Jumlah rumah tangga petani biasanya lebih kecil dari jumlah petani,” katanya.

Data Sakernas Pebruari 2021 tercatat mayoritas penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 29,64 persen. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *