Warung Wati Pinggir Jalinsum Pulau Rakyat Disatroni Maling

  • Bagikan
Dinding kawat yang digunting masuknya maling. beritasore/Ist

ASAHAN (Berita) : Warung pinggir jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) milik Wati (45), persisnya kawasan Desa Manis, Kecamatan Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan, Kamis (16/3/23) disantroni maling.

Menurut Wati pencurian itu diketahui sekira pukul 05.00 WIB dini hari, ketika ia bangun tidur hendak melaksanakan sholat subuh akan menuju kamar depan terlihat pintu warung depan terbuka lebar dan dilihat sepasang speaker dan ample miliknya tidak ada lagi.

Melihat pintu terbuka dan alat hiburan yang biasa digunakan untuk karaoke itu hilang, Wati bergegas ke luar dari pintu yang terbuka, ternyata dilihatnya seorang pria bertubuh tegap sedang membopong ample dan memasukkan ke dalam mobil Avanza warna hitam yang terpakir di depan warungnya.

” Saya kejar sambil berteriak maling, tapi pria itu langsung masuk ke dalam mobil, diperkirakan ada 3 orang pelaku, satu orang berada di bangku supir, satu orang berada di dalam mobil dan satu orang lagi belakangan masuk mobil bawa barang curian”; ungkap Wati.

Wati menjelaskan, selain itu pelaku juga membawa kabur 1 tabung gas elpiji ukuran 3 Kg, minuman ringan kemasan kaleng, kemasan botol, kemasan saset dan mie instan.

Tak hanya itu barang berharga miliknya berupa kalung emas seberat lebih kurang 2 mayam senilai Rp 4.600.000 turut ludes disikat kawanan pencuri.

“Pelaku masuk dengan menggunting dinding kawat depan warung selebar badan orang dewasa.

Kemudian membawa barang hasil curian lewat pintu depan ,” kata Wati kepada wartawan.

Saat aksi pencurian, pelaku diduga juga sempat menikmati minuman botol dan memakan mie instan mentah yang diambil dari dalam steling, dan juga makan martabak yang dibeli Wati pulang dari pasar malam.

“Kerugian yang saya derita seluruhnya sekitar Rp 15 juta,” terangnya.

Namun Wati tidak melaporkan peristiwa kemalingan itu ke aparat penegak hukum setempat, karena ia seorang janda tidak tahu harus apa yang diperbuat.

“Kayak mana saya mau melapor bang, gak ada yang membantu saya, kenderaan pun saya tidak punya. Saya pasrah ajalah ,” ucapnya.

Wati juga merasa putus asa dan memutuskan untuk pulang kampung dan tidak berjualan lagi, karena sudah tidak ada modal lagi dan barang dagangannya ludes disikat maling, belum lagi tempat usahanya setiap bulannya membayar sewa yang ditagih secara bulanan. (min)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *