Rifat Sungkar : Local Heroes Butuh ‘Senjata’ Untuk WRC 2023

  • Bagikan
Pereli Nasional Rifat Sungkar (kanan) saat ditemui Director Waspada TV Hang Tuah Jasa Said di lokasi Danau Toba Rally 2023 di Aek Nauli, Parapat, Sumatera Utara, Sabtu (11/12/2021). beritasore/Andy Aditya
Pereli Nasional Rifat Sungkar (kanan) saat ditemui Director Waspada TV Hang Tuah Jasa Said di lokasi Danau Toba Rally 2023 di Aek Nauli, Parapat, Sumatera Utara, Sabtu (11/12/2021). beritasore/Andy Aditya

PARAPAT ( Berita ) : Pereli Rifat Sungkar menyebut peserta Nasional harus memiliki kendaraan yang memadai jika ingin bertarung di pentas World Rally Championship (WRC) alias Kejuaraan Reli Dunia.

Hal itu ia sampaikan saat ditemui Waspada TV di Danau Toba Rally 2021 di Aek Nauli, Parapat, Sumatera Utara, pada Sabtu (11/12/2021), terkait wacana pemerintah untuk menggelar WRC pada 2023 mendatang.

“Rencana yang hebat ini ga ada artinya kalo kita gak punya atlet yang bisa menang. Hambatan Indonesia adalah fasilitas olahraga pendukung ini sulit sekali kalo aturannya gak diubah,” tegasnya.

“Jadi menurut saya percuma punya planning WRC kalo aturan kemudahan untuk fasilitas olahraga seperti kendaraan-kendaraan untuk bertempur ini gak sama kayak orang-orang yang datang dari luar negeri.

Komentar juara reli Nasional itu mengacu pada ketatnya regulasi pemerintah serta minimnya mobil reli yang dapat digunakan oleh para lokal heroes, alias pereli lokal.

“Mobil Grup N yang utama dipakai di sini umurnya udah lebih dari 12 tahun,” katanya seraya menyebut para pereli dunia akan memboyong kendaraan lansiran tahun 2022 jika WRC 2023 digelar.

Untuk dapat bertarung di WRC, menurut Rifat, minimal pebalap Nasional harus sudah memiliki ‘senjata’, atau kendaraan, minimal berjenis R5, seperti yang ia dan Sean Gelael kendarai.

“Talent kita itu hebat, tapi pistol kita pistol air, mereka (pereli internasional) bawa basoka,” lanjutnya lagi. “Kalo kita punya rencana yang tinggi, kita juga harus punya ‘senjata’ yang bener.”

Untuk Reli Danau Toba 2021 kali ini Rifat datang untuk menganalisa serta mengapresiasi kerja panitia yang kembali menggairahkan dunia otomotif dengan kejuaraan yang selama ini terhenti sejak pandemi Covid-19.

Hal berikutnya yang mendapat perhatian Rifat ialah lintasan reli yang sangat keras dan berbatu hingga banyak merusak kendaraan peserta.

Ia membandingkan kerasnya lintasan di Acropolis, Yunani, masih kalah jika dibandingkan dengan lintasan di Sumut.

“Treknya ini terlalu ganas. Ini bukan tantangan, ini lebih kepada survival. Sebaiknya mungkin untuk reli-reli berikutnya, kita harus bisa mencari lagi lokasi yang lebih proper dan tidak memakan korban,”

Karena menurutnya, tujuan utama reli adalah kecepatan, sementara reli kali ini 56 pebalap yang bertarung berjuang agar mobil mereka tidak mengalami kerusakan yang terlelu parah sehingga dapat terus melanjutkan seluruh Special Stage yang dipertandingkan. (dion)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *