Menikmati “Kopi Masak” Di Markas Forwakot

  • Bagikan
Ilustrasi

SORE itu, angin semilir berembus di areal Taman Panyabungan, markas Forum Wartawan Kota (Fowakot) Mandailing Natal.

Suasananya terasa adem, lokasi layak untuk bersantai, nongkrong, berdiskusi atau malah sekadar “cari angin” dengan sederetan pohon jati di sekitarnya.

Forwakot diskusi di Taman Panyabungan, kemarin. beritasore/Ist

Taman Panyabungan sangat strategis. Jika Anda bergerak dari arah Padangsidimpuan menuju Kantor Bupati Madina, misalnya, Anda melewati Taman Panyabungan di dekat sejumlah fasilitas seperti RSUD Panyabungan, Mess Pemprovsu, markas Koramil 13 Panyabungan, Mapolsek Panyabungan.

Bagi Forwakot komunitas wartawan berbagai media memanfaatkan Taman Panyabungan menjadi tempat diskusi informal dan malah pernah jadi tempat debat publik menghadirkan perwakilan Pemkab Madina dan akademisi.

Debat publik di Taman Panyabungan, baru-baru ini.beritasore/Ist

Kegiatan semacam ini diharap memberi kontribusi kepada masyarakat banyak.

Sedangkan bagi Forwakot, taman ini menjadi tempat tongkrongan dan tempat diskusi. Biasanya, sejumlah wartawan pagi-pagi sudah nongol di situ, diskusi santai mengatur langkah hari ini, semacam rapat proyeksi dan sore ngumpul lagi di taman.

Bagi sejumlah wartawan, “kopi masak” dijadikan “menu” utama yang harus ada saat nongkrong atau diskusi di taman; apalagi mereka penggemar kopi.

Tak hanya wartawan, sejumlah tamu dan narasumber diskusi di taman, termasuk mereka nongkrong atau santai di taman termasuk keluarga pasien di RSUD Panyabungan “cari angin”, mencoba “kopi masak”. Sebagian besar ketagihan. Termasuk kaum perempuan.

“Ah, satu hari aja nggak “kena” “kopi masak”, bingung aku. Otakku buntu. Kopi masak bagiku seperti “vitamin” seolah-olah menjadi makin “garang”, ujar salah seorang penikmat berat “kopi masak”, yang biasa nongkrong di markas Forwakot di Taman Panyabungan, Minggu (6/8).

“Kopi masak”, ya… kopi dimasak menggelegak beberapa menit (bukan diseduh), dengan gula aren pilihan dari Mandailing Natal.

“Alhamdulillah, tak ada masalah gangguan lambung, mungkin karena kopi dimasak betul-betul mendidih,” ujar wartawan online ini.

Warkop menyiapkan menu andalan “kopi masak”, berada di pinggir taman, dekat Mess Pemprovsu. “Kopi masak” dengan mengandalkan gula aren murni, langsung dipesan dari petani penyadap aren di Madina.

Roy, yang mengelola Warkop ini, mengungkapkan, gula aren setiap hari dalam jumlah bervariasi.

“Ya, kalau dirata-ratakan, gula aren habis 7 kg per hari dari Sibanggor dan Aekmata,” ujar Roy.

Dia katakan, Warkop buka pagi sampai menjelang subuh, gula aren bukan mesti dari Sibanggor atau Aekmata, yang penting harus gula aren asli. “Gula aren dipesan langsung dari penyadap aren Rp 25 ribu per kg,” ujar Roy.

Yuk, ngopi. Mari. Kalau nggak ngopi, mana main… ma maoll, ma maoll… (makin susah, red). Hehehe. (Irham Hagabean Nasution)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *