Masyarakat Keluhkan Tirtanadi Tuasan Diduga Permainkan Tagihan Rekening Air

  • Bagikan

MEDAN (Berita): Masyarakat kota Medan yang menjadi pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Cabang Tuasan mengeluhkan kinerja perusahaan plat merah tersebut.

Manajemen perusahaan ini diduga kuat mempermainkan jumlah tagihan rekening pelanggarannya sendiri.

“Tagihan naik tiba-tiba tanpa pemberitahuan, sampai 200 persen, bahkan lebih.

Padahal pemakaian lebih kurang sama setiap bulan. Belum lagi tiba-tiba terjadi pembengkakan tagihan sampai jutaan rupiah,” kata Dedi di Medan, Selasa (5/2) salah seorang pelanggan perusahaan daerah tersebut.

Disinyalir, modus yang dilakukan Tirtanadi Cabang Tuasan adalah dengan membuat tagihan berdasarkan rekaan dan tidak berdasarkan pemeriksaan pemakaian air pelanggan setiap bulan.

Diduga, pemakaian air di meteran baru diperiksa setelah berbulan-bulan bahkan tahunan lamanya.

Akibatnya setelah diperiksa, terjadi lonjakan pemakaian air, padahal pelanggan memakai air secara normal.

Menurut Dedi, selama ini dia hanya mendengar para tetangga mengalami pembengkakan tagihan tersebut, tetapi kali ini dia mengalaminya sendiri.

“Pemakaian tidak ada lonjakkan, sama seperti bulan-bulan sebelumnya, tetapi tiba-tiba rekening membengkak jutaan rupiah,” ujarnya.

Pihak Tirtanadi Cabang Tuasan beralasan karena petugas mereka tidak dapat akses untuk melihat meteran disebabkan pintu pagar terkunci. “Alasan ini jelas dibuat-buat.

Bahkan mengindikasikan memang mereka niat untuk mempermainkan tagihan pelanggan. Karena pintu pagar kami tidak pernah dikunci.

Posisi meteran air di rumah kami persis di depan pagar sehingga siapapun bisa mengaksesnya,” jelasnya.

Menurutnya, selama ini memang tidak ada petugas pencatat meteran dari Cabang Tirtanadi Tuasan.

Mereka hanya menulis tagihan sekehendak hati berdasarkan kira-kira saja.

“Ini bukan tuduhan tanpa dasar, selain saya tidak pernah bertemu dengan petugas mereka, tetangga saya yang juga pelanggan Tirtanadi bahkan sudah puluhan tahun tidak punya meteran air tapi tetapi tetap ada tagihannya tiap bulan,” bebernya.

Dedi merasa keberatan atas jumlah tagihan yang membengkak sampai jutaan rupiah meskipun harus dicicil tiap bulan.

“Saya hanya ingin membayar secara normal sesuai pemakaian. Kalau karena tidak ada petugas yang mencatat tiap bulan lantas, tagihan membengkak, itu berarti kesalahan Tirtanadi yang dibebankan kepada pelanggannya,” tegasnya.

Sementara Kepala Cabang Tirtanadi Tuasan Muhri Fepri Iswanto ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa pembengkakan tagihan tersebut terjadi karena selama ini pintu pagar yang dikunci sehingga meteran tidak bisa dibaca.

“Kemudian kami dapat angka meternya standnya sudah banyak dan angka 700 ribu juga masih ada stand yang belum diangkat semua jadi angka tersebut dicicil karena kalau diangkat sesuai stand saat ini lebih tinggi angka tagihannya,” katanya.(Ded)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *