Kasus Remaja Putri Melukai Diri Sendiri Mendominasi

  • Bagikan
Psikolog Dra. Irna Minauli, M.Si. Beritasore/Ist
Psikolog Dra. Irna Minauli, M.Si. Beritasore/Ist

MEDAN (Berita) : Psikolog Dra. Irna Minauli, M.Si. Psikolog mengatakan, kasus remaja putri yang melukai diri sendiri (self-harm) dengan menyilet bagian lengannya dengan pisau silet atau cutter mendominasi dan menjadi masalah psikologis yang terjadi di masyarakat saat ini. Menyusul kasus perselingkuhan dan gangguan kecemasan.

Demikian Irna Minauli menjawab Berita, kemarin, ketika dimintai pendapatnya mengenai berbagai kasus yang juga menjadi catatan akhir tahun 2020.

Kasus remaja putri ini memang sungguh memprihatinkan, dan itu terjadi juga berawal dari permasalahan keluarganya atau pribadi yang menimpanya.

“Sangat memprihatinkan bahwa banyak remaja yang begitu labil secara emosional sehingga mereka tidak mampu mengarahkan kemarahan atau stres yang dialaminya secara positif.

“Karena itu, saatnya para orangtua untuk mengajarkan anaknya mampu menangani stres secara baik”, sebutnya.

Ditegaskannya, dukungan dan komunikasi yang baik dengan orangtua serta pendekatan agama yang melarang perilaku bunuh diri tampaknya perlu diingatkan lagi, saran Irna.

Sebab, tanpa dukungan itu, mereka lebih sering mengambil jalan pintas dengan keinginan mengakhiri hidupnya. Meski pada remaja putri yang melakukan self-harm itu adalah mereka mungkin masih belum cukup punya nyali untuk mengakhiri hidupnya.

Mereka melakukannya sebagai isyarat, sekedar menangis untuk mendapat pertolongan atau perhatian dari lingkungannya (cry for help), ungkap Irna.

Bila ditinjau dalam pandangan psikoanalisa ini terjadi ketika seseorang marah dan tidak bisa melampiaskannya keluar, maka mereka akan melampiaskannya ke dalam diri sendiri berupa melukai diri sendiri atau bahkan membunuh dirinya.

Mereka berharap bahwa dengan membunuh dirinya maka orang yang melukai perasaannya akan merasa menyesal, papar Irna.

Dikatakan Irna, penyebabnya beragam. Mulai dari perceraian orangtua, kehilangan orangtua atau orang yang dicintai serta masalah bullying.

Mereka mengalami kemarahan dan kesedihan yang mendalam sekaligus. Hal ini membuat mereka menjadi depresi, paparnya.

Sementara kasus berikutnya adalah masalah perselingkuhan. Uniknya, kasus perselingkuhan yang dilakukan istri tampaknya saat ini lebih mendominasi dibandingkan perselingkuhan yang dilakukan suami.

Kasus ketiga,lanjut Irna, yang sering muncul adalah gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang disertai serangan panik (panic attack).

Kasus ketiga ini, klien biasanya merasakan gejala-gejala psikosomatis seperti jantung berdebar, nafas sesak, keluar keringat dingin.

Padahal ketika diperiksa ke dokter, tidak ada gangguan di jantung atau fungsi tubuh lainnya. Meski sering juga dijumpai adanya penyakit asam lambung yang akut.

Ketiga ini lah kasus yang menjadi catatan saya sebagai psikolog dalam menangani pasien ditahun 2020 lalu, pungkas Irna. (lin)

Berikan Komentar
  • Bagikan