MEDAN (Berita): Sampai saat ini perekonomian Sumatera Utara masih ditopang 23,71 persen sektor pertanian, namun sektor ini belum begitu kuat sehingga ke depan diupayakan transformasi hilirisasi produk.
Pj Gubernur Sumatera Utara Hassanudin mengatakan hal itu dalam sambutannya dibacakan Asisten Perekonomian dan Pembangunan H Agus Tripriyono pada acara “Sumut Economic Outlook 2024” yang diselenggarakan oleh Harian Bisnis Indonesia di Hotel JW Marriot, Selasa (16/1/2023).
Acara bertema “Menjaga momentum pertumbuhan bisnis dan investasi” dengan keynote speaker Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Agung Imam Setya Effendi. Hadir Kepala Perwakilan Harian Bisnis Indonesia Wilayah Sumut dan Aceh, Irsad serta Kakanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumut I Arridel Mindra.
Dengan narasumber sesi pertama: Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara IGP Wira Kesuma, Deputi Operasional PT Pegadaian Wilayah Sumut dan Aceh Basuki Tri Andayani Kepala PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara Muhammad Pintor Nasution.
Sesi kedua menampilkan narasumber Ketua KADIN Sumut Firsal Mutyara, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sumut Faisal Arif Nasution, Ketua Gabungan Kelapa Sawit (Gapki) Sumatera Utara Timbas Prasad Ginting dan Direktur Utama PT Kawasan Industri Medan Daly Mulyana.
Hassanudin menjelaskan perekonomian Sumut masih ditopang 23,71 persen sektor pertanian, 19,22 persen perdagangan dan industri pengolahan 18,43 persen.
“Ini menunjukkan bahwa perekonomian kita masih bercirikan agraris. Belum dapat dikatakan sebagai provinsi yang sudah berbasis pada industri,” katanya.
Menurut Hassanudin, perekonomian berbasis pertanian, dapat dikatakan perekonomian daerah tersebut tidak cukup kuat. Karena komoditas yang dihasilkan sangat rawan dengan gangguan cuaca, hama maupun fluktuasi harga serta tidak memberikan nilai tambah yang tinggi.
“Sektor perekonomian dikatakan kuat apabila sudah berbasis industri dan jasa,” terangnya.
Melihat struktur perekonomian Sumut yang belum kuat karena ditopang oleh sektor pertanian maka salah satu tantangan perekonomian Sumut ke depan adalah bagaimana mengupayakan transformasi struktural melalui jalur hilirisasi.
Begitu pula dari sisi pengeluaran menunjukkan perekonomian Sumut belum cukup kuat karena masih ditopang dengan konsumsi rumah tangga. Dikatakan kuat bila ditopang oleh pembentukan modal tetap bruto atau investasi dan dari ekspor.
Hassanudin menyebut saat ini, perekonomian Sumatera Utara mulai pulih setelah pandemi covid-19 tahun 2019, namun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara belum sepenuhnya pulih seperti pada waktu sebelum terjadinya covid-19, dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara 5 tahun terakhir hanya tumbuh 3.3 persen. Sebelum terjadinya pandemi covid-19 rata-rata pertumbuhan ekonomi tumbuh 5.1 persen.
Bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 3.42 persen, rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara masih di bawah nasional. “Karena itu, kita perlu mendorong ekonomi agar tumbuh lebih tinggi diatas rata-rata pertumbuhan nasional,” katanya.
Pada triwulan III tahun 2023, perekonomian Sumatera Utara tumbuh 4,94 persen year on year, sama dengan pertumbuhan nasional 4.94 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi Sumatera Utara triwulan III-2023 berasal dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 3,13 persen, selanjutnya dari pembentukan modal tetap bruto sebsar 1.59 persen, sementara ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 0.22 persen.
Kepala Perwakilan Harian Bisnis Indonesia Wilayah Sumut dan Aceh, Irsad , mengatakan diadakannya pertemuan ini adalah untuk membahas bagaimana Sumut menghadapi tantangan pertumbuhan perekonomian, dimana tahun 2024 adalah tahun politik, akan adanya pemilihan umum.
“Kita berharap dengan adanya pemilu atau tahun politik di tahun ini tidak membuat pertumbuhan ekonomi kita menurun. Sehingga diperlukan banyaknya kolaborasi, dan kerjasama dengan stakeholder di tiap daerah khusus Sumut,” katanya.
Secara umum, struktur ekonomi di Sumut masih ditopang secara dominan oleh kategori pertanian dengan akselerasi sebesar 23,47 persen, lalu diikuti perdagangan 18,91 persen, industry pengolahan 18,60 persen, konstruksi 12,93 persen, dan transportasi 5,01 persen.
“Di acara ini mudah mudahan kita dapat melihat bagaimana kita dapat menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi di Sumut dan bagaimana solusi yang akan didapat,” pungkasnya. (wie)