BI Concern Terhadap Perubahan Iklim Dan Ekonomi Hijau

  • Bagikan
Kepala Perwakilan BI Sumut Soekowardojo bersama para pemeang Konferensi 2nd Sumatranomics sekaligus pengumuman memang di Medan secara tatap muka dan virtual Jumat (29/10). beritasore/Laswie Wakid
Kepala Perwakilan BI Sumut Soekowardojo bersama para pemeang Konferensi 2nd Sumatranomics sekaligus pengumuman memang di Medan secara tatap muka dan virtual Jumat (29/10). beritasore/Laswie Wakid

MEDAN (Berita): Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng menyampaikan urgensi pembahasan perekonomian hijau dalam mendorong pemulihan ekonomi agar tetap memperhatikan dampak yang dihasilkan untuk lingkungan.

Sugeng mengatakan hal itu pada Konferensi 2nd Sumatranomics yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara di City Hall Medan dan juga secara tatap muka, Jumat (29/10).

Menurutnya pembahasan ini diharapkan dapat mendukung keberlangsungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Selain itu, pembahasan green economy juga menjadi salah satu topik yang akan dibawakan dalam presidensi Indonesia di G20 pada 2022 mendatang.

Juda Agung, Asisten Gubernur Bank Indonesia dengan tema “Transition Towards Green Finance : Macroprudential Policy Response” dalam paparannya disampaikan bahwa Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki concern terhadap perubahan iklim dan ekonomi hijau.

Hal ini didorong oleh kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang dapat menimbulkan risiko fisik dan risiko transmisi yang berimplikasi pada stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.

Namun, risiko transmisi ini dapat diatasi dengan komitmen dan aksi yang jelas serta dukungan peluang investasi di sektor hijau yang sangat besar di Indonesia.

Hal  ini turut didukung oleh adanya Global Framework sebagai integrasi green finance kedalam kerangka kebijakan Bank Sentral serta adanya transformasi kelembagaan Bank Indonesia hijau sebagai teladan bagi industri keuangan dalam melakukan transformasi.

Sejalan dengan peluang ekonomi hijau yang disinggung oleh Juda Agung, narasumber kedua, Prof. Arief Anshory Yusuf, Guru Besar Universitas Padjadjaran, membawakan materi bertema “Green Economy as an Alternative Vision for Growth and Sustainable Development”.

Pesan untuk terus bergerak dan melakukan akselerasi pergerakan dalam mendukung growth economy di Indonesia disampaikan kepada para audiens.

Disamping itu, masyarakat dan pemerintah tidak dapat melakukan near sighted, maupun short sighted dalam mengimplementasikan ekonomi hijau.

Selanjutnya, Amalia Adininggar, Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, menutup pembahasan ekonomi hijau dengan tema “Indonesia Green Growth Program”.

 Dalam paparannya, disampaikan bahwa green economy menjadi game changer transformasi ekonomi dan didukung dengan salah satu upaya dalam merespon Covid-19 Indonesia adalah Transformasi Ekonomi Indonesia menuju Ekonomi Hijau.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara Soekowardojo memberikan laporan singkat mengenai perekonomian Sumatera Utara yang diharapkan pada keseluruhan tahun 2021 akan tumbuh di atas perkiraan sebelumnya.

Hal ini tentunya didorong oleh tingginya permintaan ekspor negara mitra dagang seiring perbaikan ekonomi global.

Soekowardojo juga menyatakan adanya peningkatan partisipasi Sumatranomics dari tahun sebelumnya.

“Menunjukkan potensi yang besar dari generasi muda untuk kontribusi bagi Negeri”, ucap Soekowardojo dalam membuka Konferensi 2nd Sumatranomics.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara bersama Dewan Riset dan Inovasi (DRIN) Provinsi Sumatera Utara kembali menyelenggarakan Sumatranomics pada tahun 2021.

Hal ini sejalan dengan komitmen dan target Pemerintah untuk mengakselerasi perekonomian Indonesia di tahun 2021.

Konferensi 2nd Sumatranomics menjadi puncak acara dari 2nd Sumatranomics setelah sebelumnya sukses dalam menyelenggarakan webinar series sebanyak dua kali pada tanggal 15 Juli 2021 dan 16 Agustus 2021. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *