Semoga Jasa Untuk Madina Menjadi Limpahan Pahala

  • Bagikan
Bupati Mandailing Natal H. Amru Helmi Daulay, SH dua periode (2000–2005 dan 2005–2010).beritasore/dok

BUPATI Mandailing Natal H. Amru Helmi Daulay, SH dua periode (2000–2005 dan 2005–2010), mengguratkan banyak pesan dan kesan.

Bupati Madina pertama ini dianggap punya prinsip sangat kuat. Untuk tujuan yang dia yakini benar dan untuk kepentingan orang banyak, dia tidak pernah mundur.

H. Amru Daulay mendahului kita, Sabtu (28/1) sekira pukul 06.40 di RS Colombia, Medan, dalam usia 84 tahun. Inna lillah wa inna ilaihi rajiun. Semoga husnul khotimah.

Mudah-mudahan, jasanya, upaya kerasnya, jihadnya, khususnya saat berbuat untuk kemaslahatan orang banyak di Madina, akan mendapat limpahan pahala. Aamiin yaa Allah.

Saya kembali teringat pesan H. Amru Daulay di penghujung periode pertama. Ada dua kali pertemuan khusus di salahsatu hotel di Medan, dihadiri Bang Una (H. Teruna Jasa Said). Dua kali pertemuan itu, pesannya sama.

Pertemuan membicarakan berbagai hal menyangkut Mandailing Natal. Pembangunannya, masyarakatnya. Ini, menjadi semacam diskusi, yang orientasinya menjadikan Madina lebih baik.

“Pokoknya, kau Am, kau pulang dulu ke kampungmu. Lihat dulu Madina,” pesan Amru Daulay. Sekali lagi, dua pertemuan itu dengan pesan dan nada yang sama.

Setelah pulang ke Madina sekira dua puluh tahun kemudian, inilah Madina. Raut wajah Mandailing Natal sangat berubah, tapi format Madina yang religius tetap terlihat terpatri.

Sebenarnya, beberapa kali ke Madina dalam tugas jurnalistik, hanya sebatas redaksional. Paling, satu atau dua hari di Madina, kemudian bergerak ke Medan. Praktis, tidak banyak yang dilihat.

Setelah fokus di Madina enam bulan ini, nampak berbagai hal menakjubkan. Terus terang, saya terpana saat menghadiri dan melihat rapat paripurna di DPRD Madina.

Dihadiri bupati, wakil bupati dan sejumlah petinggi di Madina. Terdengar indah suara qari mengumandangkan kalam ilahi, kemudian dilanjutkan lagu Indonesia Raya. Baca Quran saat rapat paripurna?

Benar, ini sesuai petaturan DPRD Madina nomor 1 tahun 2019 pasal 127 ayat 1. Sebelum pembukaan rapat paripurna, terlebih dahulu dilaksanakan pembacaan ayat suci Alquran, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya. Mungkin, hanya ada di daerah ini.

Beberapa hari aktif menjadi wartawan daerah di Madina, saya tergerak membuat reportase tentang Masjid Agung Nur Ala Nur, Panyabungan, yang diturunkan menjadi laporan bersambung.

Satu edisi berjudul ‘Cerita Di Balik Sejarah Masjid Agung Nur Ala Nur’. Pembangunan Masjid Nur Ala Nur muncul pro-kontra. Satu bagian, menyambut baik dan sangat antusias gagasan H. Amru Daulay (waktu itu Bupati Madina) untuk membangun masjid agung kebanggaan.

Ada pula khawatir pembangunan masjid agung di pinggir sungai. Khawatir karena lokasinya, jangan-jangan rentan banjir. Kekhawatiran lainnya, karena dibangun di lokasi yang bukan berdekatan langsung dengan pemukiman penduduk.

Seiring waktu, masjid ini pun rampung. Sekarang, menjadi masjid sangat makmur, termasuk musyafir. Semua orang mengaku, yang dulu pro dan kontra , menjadi masjid kebanggaan Madina.

Tercatat, jasa H. Amru Daulay bukan sebatas pembangunan Masjid Nur Ala Nur, juga tidak terlepas dari jasa pembangunan Pasar Baru Panyabungan, Madina Square, jalan lintas timur, STIM Madina (sekarang STAIN), SMA Plus Panyabungan, Stadion Abdul Haris Nasution;

Bahkan, pembangunan bandara Bukit Malintang, komplek perkantoran bupati, jalan jalur dua Kota  Panyabungan,  Kotanopan, dan Siabu.

Jika ditelaah, H. Amru Daulay mampu merangkul dan menjalin hubungan harmonis dengan berbagai kalangan, seperti ulama, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, pemuda, dan elemen masyarakat lainnya, termasuk pers. Mungkin, itulah salahsatu kunci keberhasilan membangun Madina.

Semoga, jasa almarhum akan membuahkan limpahan pahala, yang insya Allah telah memberi banyak kemaslahatan orang banyak. Alfatihah. (Irham Hagabean Nasution)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *