Jakarta ( Berita ) : Krisis energi sedang melanda berbagai negara di dunia, Salah satu faktornya yakni pemulihan ekonomi yang terjadi namun tak dibarengi dengan ketersediaan pasokan yang memadai.
Energi baru terbarukan atau green energi yang telah diterapkan komitmennya oleh negara-negara barat dan eropa ternyata belum mampu menopang kebutuhan energi, Krisis energi yang di alami oleh negara-negara di dunia pun menyebabkan krisis listrik akibat permasalahan sistem rantai pasok global.
Kekurangan batu bara yang mendominasi 70% sumber listrik. Belum lagi rekor harga bahan bakar yang tinggi, serta permintaan industri pascapandemi yang meningkat seiring desakan menggunakan industri yang lebih ramah lingkungan.
Pada perdagangan di pasar ICE Newcastle (Australia) kemarin, Selasa (05/10/2021) harga batu bara sudah mengalami kenaikan lebih dari 14%. Saat ini rekor harga batu bara ada di US$ 280/ton yang merupakan titik tertinggi setidaknya sejak 2008.
Ketua Umum Asosiasi Pemasok Batu Bara dan Energi Indonesia (ASPEBINDO), Dr. Anggawira, MM mengatakan saat ini banyak negara yang sedang terhantam krisis energi dari Eropa, China, India hingga Singapura.
Situasi ini harus bisa dilihat oleh Indonesia menjadi momentum peluang untuk bisa memaksimalkan di bidang energi ini.
“Indonesia harus bisa memanfaatkan kenaikan harga batu bara dan minyak bumi yang melambung saat ini dan di prediksi akan terus naik hingga tahun depan.
Kenaikan harga di sektor energi batu bara dan minyak bumi ini harus bisa kita manfaatkan untuk investasi kembali untuk memaksimalkan cadangan-cadangan sektor energi terutama minyak dan gas (Migas) Indonesia,” ungkap Anggawira pada Jumat (15/10/2021).
Anggawira juga menambahkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) Migas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, dengan pemanfaatan natural gas untuk sumber daya energi karena energi ini relatif bersih karena hal ini menjadi hal penting untuk transisi energy “Dunia saat ini sedang sangat membutuhkan pasokan energi, ini bisa Indonesia maksimalkan namun Indonesia harus tetap mengamankan pasokan dalam negeri terlebih dahulu, terutama untuk pemasok bahan baku PLN,” ujar Anggawira.
Anggawira juga menjelaskan banyak peluang yang bisa Indonesia ambil dari momentum krisis energi dunia tapi Indonesia juga harus bersiap-siap terkena imbas krisis energi dunia dan mulai mencari dan berkolaborasi dengan sektor-sektor yang berkaitan untuk mencari solusi dari dampak krisis energi dunia yang tengah melanda.
“ASPEBINDO berharap dari pihak pemerintah juga bisa berkolaborasi memanfaatkan momentum ini, karena Indonesia memiliki sumberdaya yang memadai.
Mengingat total penerimaan dari sektor minerba saat ini sangatlah tinggi, dan dapan digubakan untuk mengerakan investasi disektor energi,” tutup Anggawira. (rel/edr )