Pesan Wali Nanggroe: ‘Belajar Dan Berjuang’

  • Bagikan
Teks Foto : AMANAT: Wakil Panglima Daerah I Peureulak, Husaini SE MH, membacakan Amanat Wali Nanggroe Aceh dalam Milad GAM ke-47 di Bandrong, Peureulak, Aceh Timur, Senin (4/12). (Foto: Muhammad Ishak).
Teks Foto : AMANAT: Wakil Panglima Daerah I Peureulak, Husaini SE MH, membacakan Amanat Wali Nanggroe Aceh dalam Milad GAM ke-47 di Bandrong, Peureulak, Aceh Timur, Senin (4/12). (Foto: Muhammad Ishak).

PEUREULAK (Berita): Momentum Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-47 diharapkan Aceh menjadi bangsa yang besar dan berdiri sendiri atas tujuan dan cita-cita leluhur dan tidak boleh menjadi bangsa miskin dan bodoh serta menghabiskan hasil dan kandungan alam secara menyeluruh.

“Kita harus menjadi bangsa yang besar dan berdiri sendiri atas dasar tujuan dan cita-cita leluhur, sehingga seluruh anggota KPA dan kepengurusan Partai Aceh (PA) serta underbow PA,” kata Tgk Malik Mahmud Al Haytar, dalam amanat Milad GAM ke-47 Tahun 2023 yang dibacakan Wakil Panglima KPA Wilayah Peureulak, Tgk Hamdani, pada Peringatan Milad GAM ke-47 Wilayah Peureulak di Gampong Bandrong, Peureulak, Aceh Timur, Senin (4/12).

Underbow PA dimaksud yakni Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA), Putro Aceh, Inong Bale, Muda Seudang Aceh dan Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA). Dalam kesempatan itu, Wali Nanggroe Aceh juga mengajak masyarakat mengenang kembali sejarah perjuangan Aceh, dimulai dari Agresi Belanda (1873), Jepang (1942-1945), DI/TII (1953-1960) dan konfik bersenjata antara GAM – RI selama 29 tahun sejak 1976 – 2005.

Husaini menambahkan, perjuangan yang dirintis 47 tahun yang lalu oleh Paduka Yang Milia Wali Nanggroe Aceh Almarhum Dr Tengku Hasan Muhammad di Tiro bersama sahabatnya mendeklarasikan kemerdekaan kembali untuk Aceh di Gunung Halimon Pidie. Ketika itu, bendera Bulan bintang dikibarkan sebagai bendera Aceh.

Perjuangan bersenjata yang berakhir dengan perjanjian damai antara Pemerintah RI – GAM Tahun 2005 di Helsinki, menjadi sejarah baru yang perlu dikembangkan diajarkan untuk generasi, bahwa Aceh tidak boleh berhenti, namun harus terus bergerak sampai berdampai pada tujuan akhir dari cita-cita perjuangan sesuai dengan tema Milad GAM tahun ini, ‘Terus Melangkah, Menjemput Cita-Cita’.

Husaini menambahkan, dengan peran dengan peran besar seluruh anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) di seluruh Aceh dalam rangka menggalang kolaborasi yang universal, maka telah terbentuk rasa kebersamaan diberbagai wilayah dalam menyongsong kemenangan, terlebih lagi dalam hitungan puluhan hari ke depan akan menghadapi kontestasi politik untuk pemilihan para anggota legislatif yang diusung Partai Aceh, baik untuk kabupaten/kota maupun Aceh.

“Tak terhenti di situ saja, beberapa bulan setelah pemilu, kita akan berhadapan dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), dimana Partai Aceh juga akan mengusung kandidatnya, baik untuk Bupati/Wakil, Walikiota/Wakil Walikota dan Gubernur/Wakil Gubernur,” urainya.

Dalam momentum ini sangat diperlukan gagasan dan ide cemerlang mulai dari proses awal perjuangan yang telah, sedang dan akan dijalankan di masa yang akan datang, sehingga dunia Internasional dan pemerintah dapat melihat bahwa apa yang dilakukan Aceh adalah demi hak asasi dan kebebasan dalam mewujudkan pemerintahan sendiri atau self government.

Sebagai rakyat Aceh dan para pejuang GAM, lanjutnya, selalu dirundung rasa keprihatinan, apakah di usia perdamaian yang memasuki 19 tahun proses perdamaian ini sudah tercapai cita-cita sebagaimana tertuang dalam MoU Helsinki? Sebagai rakyat yang sejati dan pejuang yang tangguh harus bisa membaca, melihat, mendengar, memahami, merasakan dan mengintropeksikan diri, apakah kita telah berbuat banyak untuk negeri Aceh ini, baik dalam mengisi masa transisi (perdamaian–red) maupun dalam mempersiapkan diri untuk mencapai dan meraih kemenangan, ataukah kita berada pada posisi terpuruk dan kebingungan dalam berbagai bentuk regulasi?.

Dalam hal ini, kita tidak boleh membanggakan diri di segala bidang, bahkan dalam masa perdamaian ini. Tetapi kebanggaan itu bisa ditunjukan ketika tujuan akhir sudah tergenggam. “Kebanggaan itu harus dijaga agar tidak lengah dan terbuai dengan metafora yang diucapkan serta membuat Aceh kembali terjajah. Maka, yang sangat dibutuhkan adalah rasa syukur kepada-Nya,” ujar Husaini SE MH.

Milad kali ini dihadiri antara lain, Ketua DPW PA Aceh Timur Zulfadli Aiyub atau Keupiyah Seuke. Panglima KPA Wilayah Peureulak Hamdani alias Wak Dan. Ketua DPC PA se-Aceh Timur, Panglima KPA dalam wilayah Peureulak dan puluhan Caleg DPR Aceh dan Caleg DPRK dari 5 Dapil, termasuk Ketua DPRK Aceh Timur, Fattah Fikri, yang juga Caleg Dapil 2 Aceh Timur. (b11).

 

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *