MASIH ingat kan? Penjual sate di depan Pasar Baru dulu? Dia adalah Ibu Asma Tanjung binti Muhammad Khatib Sulaiman.
Sejak tahun 1970 sudah jualan sate di Panyabungan, ketika kota ini masih sangat sederhana. Sudah 55 tahun berarti. Ia adalah saksi berbagai perubahan di kota Panyabungan ini.
Waktu itu, siapa yang terpikir bahwa di balik usahanya menyiapkan sate, terbersit niat untuk suatu waktu akan naik haji.
Bayangkan, ketika orang kaya dapat dengan mudah bolak-balik ke Mekah, ibu ini hanya membangun harapan dari setiap tusuk sate yang terjual dengan suaminya tercinta dan anak – anaknya.
Ketika itu tahun 1980, Ibu Asma mulai menanamkan niat bersama suaminya: harus ke Mekah Naik Haji. Buat seorang penjual sate, keinginan naik haji masa itu nyaris satu hal yang tidak mungkin. Apalagi kebutuhan keluarga makin hari makin meningkat.
Karena putra – putrinya harus sekolah lagi, tetapi suami/istri penjual sate tersebut tidak menyerah, menabung terus dan sekolah putra – putrinya harus berhasil juga.
Buktinya, tahun 2012, Ibu Asma Tanjung mulai mendaftarkan tabungan haji pertama. Butuh 32 tahun untuk bisa mewujudkan pendaftaran haji itu.
Itu bukan waktu yang singkat. Selama ini jugalah Ibu Asma Tanjung mengumpulkan receh demi receh untuk niat ke Baitullah Dan menjual sate di turunkan kepada utra – putrinya.
Tiga belas tahun kemudian, tahun ini, baru tiba gilirannya. Atau 55 tahun sejak adanya keinginan berhaji. Karena itu, buat Ibu Asma Tanjung, bisa berangkat haji merupakan karunia yang luar biasa.
Buah dari ketekunannya berjualan sate. Keteguhan seperti itu belum tentu dimiliki setiap orang dan Insya Allah 5 Mei 2025, Ibu Asma Tanjung binti Muhammad Khatib Sulaiman,akan berangkat dengan ratusan jemaah haji lainnya dari Mesjid Agung Nur Ala Nur Aek Godang Panyabungan (wie)