MEDAN (Berita): USAID ERAT bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) membahas inovasi untuk percepatan pembangunan di daerah ini.
Kegiatan itu diselenggarakan United States Agency for International Development (USAID) ERAT (Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif, Efisien dan Kuat) kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Sumatera Utara di Hotel Santika Dyandra Kamis (8/6).
Lokakarya “Kolaborasi Kemitraan Pentahelix dan Penerapan Inovasi untuk Percepatan Pembangunan di Sumut” itu dibuka Sekretaris Bappelitbang Dikky Anugerah sekaligus sebagai pembicara bersama narasumber lainnya seperti dari USAID IUWASH Tangguh dengan moderator Hawari Hasibuan dari USAID ERAT.
Sekretaris Bappelitbang Sumut mengatakan inovasi diperlukan untuk pencapaian percepatan pembangunan di Sumatera Utara.
Jadi inovasi lahir ketika ekspektasi tak sesuai dengan realitanya. “Kita harus buat ekspektasi tinggi dalam pelayanan ke masyarakat,” katanya.
Menurutnya ekspektasi keberhasilan pembangunan tergantung dari cara pandang untuk mencapai pembangunan itu.
Ia memberi contoh ekspektasi kita sampai tujuan. Jadi jalan rusak, macat dan gangguan lainnya tak penting karena ekspektasinya tujuan akhir hanya sampai tujuan.
Sedangkan kalau ekspektasinya dalam perjalanan harus nyaman, aman dengan jalan mulus, tentu ekspektasi itu tak tercapai.
“Itu yang jadi masalah. Oleh karena itu perlu ada inovasi untuk mencapai ekspektasi yang kita inginkan. Dalam hal ini percepatan pembangunan,” jelas Dikky.
Sumut sendiri, tambahnya, menetapkan empat desain rencana pembangunan dengan empat prioritas yakni Sumber Daya Manusia (SDM), pertumbuhan ekonomi inklusif, infrastruktur dan tata kelol pembangunan inovatif.
Hawari Hasibuan dari USAID ERAT mengatakan program USAID ERAT adalah program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika.
Tujuan dari program USAID ERAT adalah agar warga Indonesia dapat menerima manfaat dari pemerintahan daerah yang efektif melalui peningkatan kualitas pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik di daerah.
Tujuan tersebut akan dicapai melalui tiga hasil antara, yaitu: 1) keselarasan kebijakan nasional dan daerah yang lebih baik; 2) peningkatan kinerja pelayanan publik; dan 3) alokasi dan penggunaan anggaran yang lebih baik.
Program USAID ERAT diharapkan dapat mencapai Komunikasi, perbaikan harmonisasi dan implementasi kebijakan yang dapat meningkatkan tata kelola dan
penyediaan layanan.
Penggunaan data pemerintah yang lebih andal dan efektif untuk merencanakan, menyusun anggaran, dan mengevaluasi kinerja; penggunaan aspirasi masyarakat yang lebih substansial dalam perencanaan sumber daya, penyediaan layanan, dan evaluasi hasil;
Kemudian peningkatan kapasitas dan komitmen pemerintah untuk menyasar kesetaraan gender dan inklusi sosial dalam kebijakan, penyediaan layanan, dan pengalokasian sumber daya.
Kualitas dan transparansi yang lebih baik dalam pengeluaran dan alokasi sumber daya di tingkat daerah.
Penyebaran, adopsi, dan pelembagaan yang lebih luas dari inovasi, praktik baik, dan model yang dapat direplikasi untuk memperkuat pemerintah daerah.
Hawari menyebut sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Sumatera, Sumatera Utara memiliki beragam tantangan pembangunan. Beberapa diantaranya adalah
Kemiskinan Ekstrim, Stunting, Kematian Ibu dan Bayi baru lahir, termasuk Air dan Sanitasi.
Sebagai mitra pembangunan Indonesia, Pemerintah Amerika melalui USAID memiliki beberapa program yang bermitra dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, seperti USAID ERAT, USAID Momentum dan
USAID IUWASH-TANGGUH.
Tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 8, 42 persen dari jumlah penduduk dan kemiskinan ekstrim tercatat sebesar 1,41 persen atau setara 212.808 jiwa; meskipun masih dibawah angka nasional (2,04 persen) namun target penurunan zero kemiskinan esktrim pada 2024 mengharuskan Pemerintah untuk mempercepat pencapaian dan Keterlibatan berbagai pihak mutlak
dibutuhkan.
Pencapaian pembangunan di KIBBLA (Kematian Ibu Bayi Baru Lahir) juga masih memerlukan perhatian dan percepatan.
Kematian bayi baru lahir tercatat sebesar 204/1000 kelahiran dan ibu masih tercatat tinggi sebesar 305/100,000 dari persalinan.
“Hal ini membuat Sumatera Utara menduduki peringkat ke 5 kematian ibu dan peringkat ke-3 kematian bayi tertinggi di Indonesia,” jelasnya.
Untuk akses terhadap air minum aman, di Sumatera Utara hanya tercatat sebesar 10.93 persen dan baru 82.68 persen masyarakat memiliki akses air minum layak.
Untuk saranan sanitasi yang layak, baru 82 persen keluarga memiliki sanitasi layak. (wie)















