Tenaga Kerja Di Tengah Pandemi Covid-19

  • Bagikan
Wakil Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi. Berita Sore/Laswiyati
Wakil Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi. Berita Sore/Laswiyati

PANDEMI Covid-19 mulai sejak akhir 2019 di Wuhan, China dan virus itu melanda dunia awal 2020, sedangkan di Indonesia mulai Maret 2020 sampai sekarang.

Dampaknya cukup besar bagi perekonomian negara yang gilirannya terimbas pada tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2020 terkontraksi atau hanya -2,37 persen (yoy).

Seluruh lapangan usaha (LU) utama terdampak hingga kontraksi, kecuali LU Pertanian.

Adapun upaya stimulus fiskal menanggulangi dampak Covid-19 mengakselerasi pertumbuhan konsumsi pemerintah dan menahan penurunan ekonomi lebih lanjut. Namun Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara meyakini pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020 berada di kisaran 1,2 – 1,6 persen, mulai pulih meski masih terbatas.

“Permintaan domestik dan eksternal dipertahankan mulai picking up pada triwulan III seiring dengan pelanggaran lockdown di negara-negara mitra dagang serta penerapan adaptasi kebiasaan baru,” kata Wiwiek Sisto Widayat, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara Kamis (15/10/2020).

Wakil  Kepala Perwakilan BI Wilayah Sumut Wiwiek Sisto Widayat. BeritaSore/Laswiyati
Wakil
Kepala Perwakilan BI Wilayah Sumut Wiwiek Sisto Widayat. BeritaSore/Laswiyati

Wiwiek menyebut konsumsi rumah tangga (RT) juga mulai pulih oleh perbaikan pendapatan sejalan dengan kembali bekerjanya tenaga kerja terdampak Covid-19.

Pada masa adaptasi baru, beberapa perusahaan kembali beroperasi, terutama pada sektor perhotelan. Perbaikan konsumsi rumah tangga juga turut ditopang oleh pencairan insentif dari program kartu prakerja.

Wiwiek menyebut jumlah tenaga kerja yang terdampak Covid-19 di Sumut mencapai 13.933 pekerja dari 378 perusahaan, kecuali sektor pertanian, perkebunan dan industri pengolahan hasil perkebunan (sawit).

Tenaga kerja yang telah kembali bekerja sebanyak 3.228 pekerja dari 86 perusahaan. Mereka telah kembali bekerja pasca masa adaptasi kebiasaan baru, terutama dari sektor perhotelan.

Namun dari catatan tersebut, 10.705 pekerja belum bekerja atau masih menganggur akibat Covid-19. Jelas ini menambah jumlah Angkatan Kerja di Sumut.

Komponen pembentuk Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Padahal jumlah angkatan kerja di Sumut pada Pebruari 2020 sudah turun.

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara mengungkapkan jumlah Angkatan Kerja pada Pebruari 2020 sebanyak 7,295 juta orang, turun 156 ribu orang dibanding Pebruari 2019 sebanyak 7,451 juta orang.

Secara rinci dari Angkatan Kerja tersebut, penduduk yang bekerja pada Pebruari 2020 sebanyak 6,950 juta orang, turun 87 ribu orang dibanding posisi sama tahun 2019 sebanyak 7,037 juta orang. Kemudian, penduduk yang menganggur atau pengangguran sebanyak 345 ribu orang berkurang 69 ribu orang dibanding posisi sama 2019 sebanyak 414 ribu orang.

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Pebruari 2020 penduduk paling banyak bekerja pada sektor pertanian (38,48 persen) disusul sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (16,66 persen) dan sektor industri pengolahan (8,26 persen).

Sebagian besar dari penduduk bekerja yakni 58,63 persen (4,07 juta orang) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir, dari Pebruari 2019 pekerja informal turun hingga 1,62 poin.

Persentase pekerja tidak penuh pada Pebruari 2020 sebesar 32,68 persen terdiri dari pekerja paruh waktu  25,31 persen dan setengah pengangguran sebesar 7,37 persen. Sedangkan pekerja penuh atau yang bekerja dengan jam kerja minimal 35 jam per minggu sebanyak 67,32 persen.

Sementara itu, penduduk yang Bukan Angkatan Kerja pada Pebruari 2020 sebanyak 2,837 juta orang, mengalami kenaikan 296 ribu orang (11,65 persen) dibanding posisi sama tahun 2019 sebanyak 2,541 juta orang.

Yang tergolong Bukan Angkatan Kerja adalah anak sekolah 895 ribu orang (Pebruari 2020), naik 84 ribu orang dibanding posisi sama 2019 sebanyak 811 ribu orang.

Mengurus rumah tangga sebanyak 1,553 juta orang, naik 178 ribu orang dibanding posisi sama 2019 sebanyak 1,375 orang. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja (punya pekerjaan, namun sementara tidak bekerja) dan pengangguran.

Kepala BPS Sumatera Utara Syech Suhaimi Kamis (15/10/2020) mengatakan selain jumlah Angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga turun. TPAK pada Pebruari 2020 tercatat 72 persen, turun 2,57 poin dibanding posisi sama tahun 2019 sebesar 74,57 persen.

“Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan tenaga kerja,” ungkap Suhaimi.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Pebruari 2020, TPAK laki laki sebesar 82,86 persen, turun 1,75 poin dibanding posisi sama tahun 2019. Sementara TPAK perempuan hanya 61,40 persen, juga turun 3,37 poin dibanding posisi sama tahun 2019.

Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Pebruari 2020 sebesar 4,73 persen, turun 0,83 poin dibanding posisi sama tahun 2019 sebesar 5,56 persen.

Suhaimi menyebut TPAK adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Sedangkan TPT adalah rasio jumlah pengangguran terbuka terhadap jumlah angkatan kerja.

“TPT adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja,” kata Suhaimi.

Kenyataannya TPT di perkotaan pada Pebruari 2020 sebesar 6,75 persen,  cenderung lebih tinggi dibanding perdesaan yang hanya 2,33 persen.

TPT untuk anak Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 7,51 persen, paling tinggi diantara tingkat pendidikan lainnya.

Kalau pada tahun Pebruari 2019, TPT paling tinggi adalah tingkat pendidikan universitas, disusul Diploma 6,56 persen. Artinya, penawaran kerja untuk jenjang pendidikan SMK dan Diploma lebih banyak dibanding tamatan SD ke bawah dimana TPTnya hanya 2,50 persen.

“Mereka yang berpendidikan rendah cenderung menerima kerja apa saja sehingga tidak banyak yang menganggur,” jelas Suhaimi.

Dari seluruh penduduk bekerja pada Pebruari 2020, status pekerjaan utama paling banyak buruh/karyawan/pegawai (37,94 persen), disusul berusaha sendiri (17,80 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (17,05 persen).

Kemudian status pekerja keluarga/tidak dibayar (17,03 persen) dan status pekerja bebas di non pertanian (3,76 persen), penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap (3,42 persen) dan paling kecil status pekerja bebas di pertanian sebesar 3 persen.

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pemerintah memberikan bantuan insentif dari program kartu Pra Kerja. Realisasi penerima kartu Pra Kerja di Sumut sampai September 2020 sebanyak 136.215 orang atau 74 persen dari pagu penerima 183.904 orang.

Total realisasi insentif Rp144,868 miliar, baru 33 persen dari pagu insentif sebesar Rp444,128 miliar. Tenaga kerja yang memperoleh program Pra Kerja ini, mendapat pelatihan dulu selama satu bulan. (Beritasore/Laswiyati Wakid)

Berikan Komentar
  • Bagikan