Semua Elemen Harus Bersinergi Bersama Poldasu Dalam Penyelesaian Tawuran Belawan

  • Bagikan
Tawuran antar pemuda. beritasore/Ist.

MEDAN (Berita) : Semua elemen masyarakat harus dapat bersinergi bersama Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) untuk mengatasi masalah tawuran di wilayah Belawan. Karena hanya dengan kerjasama yang baik, masalah klasik tawuran Belawan yang telah terjadi selama beberapa generasi dapat diatasi dengan baik.

Dr Dedi Sahputra, MA dosen Fisipol Universitas Medan Area (UMA) mengatakan hal tersebut, Selasa (5/20) di Medan. “Untuk menyelesaikan masalah yang berulang ini. Masyarakat harus mendukung Polda Sumatera Utara sebagai institusi yang berwenang,” katanya.

Dia menekankan bahwa dukungan masyarakat sangat penting untuk penciptaan dan pemeliharaan Kamtibmas di daerah Belawan. “Masalah keamanan dan peraturan harus menjadi prioritas, sehingga tujuan pembangunan dapat diimplementasikan dengan baik,” katanya.

Selanjutnya, pengembangan pembangunan oleh pemerintah daerah di wilayah ini harus menjadi titik tekanan. “Pemko Medan harus memberi perhatian lebih serius dalam hal pengembangan wilayah Belawan. Ini berkorelasi dengan tingkat kejahatan, termasuk tawuran pemuda, sehingga masalah pengangguran harus diatasi dengan benar,” tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, Polda Sumut telah menyiagakan personelnya untuk mengantisipasi tawuran di Belawan. “Personel yang disiagakan terdiri Brimob, Samapta, Dit Reskrimum, Polres Belawan dibantu TNI untuk mengantisipasi terjadinya kembali aksi tawuran di Belawan,” ujar Kasubbid Penmas Polda Sumut, Kompol Siti Rohani, Rabu (7/5).

Ia mengungkapkan, kehadiran personel polisi dan TNI diharapkan situasi keamanan masyarakat (Kamtibmas) di wilayah Belawan tetap berjalan aman, nyaman serta kondusif. “Anggota masih terus berada di lapangan untuk memastikan aksi tawuran di Belawan tidak kembali terjadi,” ungkapnya.

Seperti diberitakan, aksi tawuran antar kelompok remaja semakin menjadi-jadi. Akibat dari aksi tawuran ini menyebabkan jatuhnya korban luka-luka bahkan meninggal dunia, baik dari kalangan masyarakat maupun aparat kepolisian.

Kapolda Sumut Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto begitu menerima laporan adanya aksi tawuran bergerak cepat menurunkan personel untuk mengamankan situasi dan membubarkan kelompok massa yang melakukan aksi kerusuhan.
Hasilnya sebanyak 9 orang pelaku tawuran diamankan berinisial berinisial FA, 17, Rizky Aditia, 25, NS, 19, MDP, 20, Daniel Anju Hutapea, 23, Zulmi Eldin, 28, AS, 17, MH, 21 dan AT, 20 yang keseluruhan warga Kecamatan Medan Belawan.

Setelah diamankan para pelaku tawuran itu bersama barang bukti sejumlah senjata tajam langsung dibawa ke Mapolres Pelabuhan Belawan untuk menjalani pemeriksaan.

Tawuran

Tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk  melakukan Tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

Salah satu fenomena yang mengkhawatirkan di kalangan remaja Indonesia saat ini, mereka seakanakan kelebihan waktu luang untuk  mengisi kehidupannya dengan hal-hal yang positif. Seolah-olah fenomena tawuran selepas waktu sekolah berakhir dijadikan sarana berkegiatan yang memicu adrenalin mereka, bahkan tak jarang menyebutnya kebutuhan atau bahkan hobi, seperti seolah-olah itu adalah ilmu yang harus dipelajari dalam jangka waktu yang panjang.

Inilah salah satu permasalahan soal yang menimpa beberapa remaja kita saat ini, yaitu tingkah laku yang menyimpang dapat dicap sebagai kenakalan remaja. Fenomena tawuran ini menjadi salah satu prioritas utama yang harus cepat diselesaikan dan menjadi beban pemerintah serta masyarakat, khususnya pemerhati pendidikan.

Peran semua masyarakat,  termasuk keluarga dalam memberikan perhatian terhadap perkembangan anak menjadi sebuah keharusan dalam mencegah tawuran terulang kembali.

Dalam kejahtan kekerasan terdapat karakteristik yang spesifik yaitu agresivitas. Menurut gibbon dalam Romli Atmasasmita (2007), agresivitas yang disebut assaultibe  conduct, ada 2 macam yaitu : 1. Situational or sub-cultural in character; 2. Individualistic  of  psychogenic in  character. (Ded)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *