MEDAN (Berita): Pameran Foto dan Lukis yang berlangsung di Pos Bloc Kota Medan resmi dibuka pada Jumat (14/11). Kegiatan yang mengusung tema “Mengabadikan Warisan Budaya, Cagar Budaya dan Human Interest” ini diikuti oleh delapan pelukis dan sepuluh fotografer. Pameran diselenggarakan selama tiga hari, mulai 14 hingga 16 November 2025.
Perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatera Utara, Salya Rusdi, S.H., mengatakan bahwa pameran ini merupakan bentuk pemanfaatan cagar budaya melalui karya seni.
“Kegiatan hari ini adalah pameran foto dan lukis yang bertemakan cagar budaya. Ini menyajikan kepada generasi muda bahwa pemanfaatan cagar budaya dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melalui goresan tinta di kanvas maupun karya fotografi,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa seni dapat menjadi ruang ekspresi untuk melestarikan warisan budaya sekaligus mendorong generasi mendatang agar terus berkarya.
Dalam pameran tersebut, ditampilkan 8 karya lukis dan 20 karya foto yang seluruhnya menggambarkan cagar budaya yang berasal dari kawasan Candi Bahal I, II, III, Candi Tandihat, dan Candi Sipamutung di Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara.
Salah seorang pelukis, Aki Aswana, SPd, MSn (56), menyampaikan harapannya agar kegiatan ini terus berkelanjutan.
“Harapannya, kegiatan ini dapat menumbuhkan minat generasi muda untuk berkarya sekaligus melestarikan tinggalan leluhur sebagai jati diri kita. Dari sisi seni rupa, pameran seperti ini perlu berkelanjutan untuk membangun kreativitas dan sinergi dengan pendidikan serta anak muda,” ujarnya.
Sementara itu, fotografer jurnalistik Ferdy Siregar menjelaskan bahwa karya foto yang dipamerkan merupakan hasil rally foto para peserta yang sebelumnya dibawa berkeliling ke kawasan candi.
“Tujuannya adalah mempromosikan Candi Bahal, Sipamutung, dan Tandihat kepada masyarakat bahwa Sumatera Utara juga memiliki peninggalan bangunan candi, bukan hanya Jawa. Selain itu, pameran ini juga untuk mengedukasi pentingnya pelestarian bangunan cagar budaya yang berasal dari masa Kerajaan Sriwijaya abad ke-11 hingga ke-13,” ungkapnya.
Pameran ini juga menarik perhatian pengunjung dari kalangan akademisi. Popi Tiara Damayanti, mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Medan, mengatakan bahwa kunjungannya ke pameran ini memberikan wawasan baru, khususnya terkait berbagai teknik melukis.
“Ternyata banyak teknik lukis yang belum pernah saya lihat sebelumnya, terutama teknik impasto yang menggunakan pisau palet. Untuk karya foto, kesannya berbeda sekali ketika melihat langsung, terutama foto-foto candi yang terasa sangat hidup,” ujarnya.
Ia juga menilai bahwa keberadaan candi-candi kuno tersebut sangat berharga.
“Candi-candi ini benar-benar keren, masih terawat dan masih dapat dinikmati hingga generasi kami. Ini bukti bahwa warisan budaya tersebut sangat penting untuk dijaga,” tambahnya.
Pameran ini diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian cagar budaya, sekaligus memperkuat posisi seni sebagai media dokumentasi dan ekspresi dalam menjaga identitas budaya bangsa.(Zul)













