HUT Harian Waspada Ke -75, H. Mohammad Said Pejuang Kemerdekaan

  • Bagikan
Para pembicara Fokus Group Diskusi (FGD) bertema Waspada dari Masa ke Masa dipandu moderator Dedi Sahputra (kanan) memeriahkan HUT ke-75 Harian Waspada, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Selasa (11/1).beritasore/Ist
Para pembicara Fokus Group Diskusi (FGD) bertema Waspada dari Masa ke Masa dipandu moderator Dedi Sahputra (kanan) memeriahkan HUT ke-75 Harian Waspada, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Selasa (11/1).beritasore/Ist

MEDAN ( Berita ) : Pendiri Surat Kabar Harian Waspada, H. Mohammad Said dinilai bukan hanya sekadar pendiri melainkan seorang pejuang kemerdekaan.

Penilaian itu disampaikan Sejarahwan Dr. Phil Ichwan Azhari MS, melihat dari bukti-bukti dan fakta yang ada, saat acara Fokus Group Diskusi (FGD) bertema Waspada dari Masa ke Masa, pada Peringatan HUT Ke-75 Waspada, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Selasa (11/1).

“H. Mohammad Said itu harus dilihat dari sudut yang lain yaitu sebagai seorang pejuang bukan sebagai wartawan atau pendiri harian tua di Medan.

Banyak pendiri surat kabar, tapi berbeda dengan Mohammad Said ini, karena beliau adalah pejuang yang menginginkan kemerdekaan Indonesia segera diumumkan ke publik,” tutur Ichwan Azhari.

Kata dia, pada masa itu Mr Muhammad Hasan Gubernur Sumatera yang pertama  mengetahui kemerdekaan, karena dia hadir di sidang di Jakarta dan bertemu Soekarno, serta proklamasi sudah dibacakan.

Namun, saat M. Hasan pulang ke Medan, kemerdekaan itu tidak juga diumumkan. Melihat itu, Mohammad Said kecewa dan itu bisa dilihat dari beberapa tulisannya.

Menurut Ichwan, Mohammad Said sebagai pejuang, dia menginginkan alat perjuangan itu bukan senjata dan bukan diplomasi karena dia bukan diplomat.

Namun, dia melihat alat perjuangan itu adalah media pers, apalagi dia dulunya adalah wartawan. Oleh karena itu, dia berusaha mengumumkan, apalagi di radio asing yang dia serap bahwa kemerdekaan Indonesia diproklamirkan 17 Agustus, namun di Medan tidak juga diumumkan.

Karena banyak dalih dari berbagai pihak tidak mau mengumumkan kemerdekaan Indonesia di Medan, sehingga pada saat ada peluang untuk menghidupkan kembali surat kabar Pewarta Deli, Mohammad Said berusaha menghidupkan kembali, dia menerbitkan koran itu dengan susah payah hanya untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Heroiknya lagi, kata Ichwan yang juga dosen sejarah di Unimed itu, bahwa saat itu wilayah Medan dikuasai oleh Inggris.

Kemudian dia (Mohammad Said) pergi ke Jawa, mencari tahu bagaimana sebenarnya kemerdekaan di Jawa dan bagaimana pemberitaan kemerdekaan itu di Pulau Jawa.

Pulang ke Medan, Surat Kabar Pewarta Deli mati, tokoh-tokohnya ditangkap dan kantornya juga ditembaki. Disitulah dia melihat pentingnya sebuah media sebagai alat perjuangan.

“Jadi dia membuat surat kabar semata-mata bukan untuk kepentingan bisnis atau jurnalistik. Tapi dia menganggap perjuangan ini harus dilanjutkan dengan bentuk media.

Sehingga saya mengusulkan agar Mohammad Said dan Parada Harahap layak diusulkan menjadi pahlawan nasional karena perjuangannya menentang Belanda yang alat perjuangan itu adalah media,” katanya.

Harapan Ichwan, di usia 75 tahun ini, memori antara hubungan para pejuang pers dan pers itu tidak hilang.

Kita merupakan bangsa yang relatif mengabaikan bukti sejarah, arsip dan heritage. “Jadi saya ingin surat kabar lama itu bisa diselamatkan, dikonservasi digitalisasi dan dibuat museum  yang berkaitan dengan memori bangsa yang disimpan di dalam media-media itu.

Kemudian bagi wartawan muda, seharusnya perjuangan pers dimasa masa awal berdirinya republik menjadi sumber inspirasi,” sebutnya.

Kalau ini bisa dijadikan sumber inspirasi, nilainya bagus sekali. Jadi media bisa tempat mengumpulkan berita yang mencerahkan dan itu sangat dibutuhkan masyarakat.

Nara sumber lainnya Dr. H. Sakhyan Asmara MSP, menyatakan bahwa H. Mohammad Said dan Hj. Ani Idrus dua sosok sepasang suami istri yang telah memberi kontribusi besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kedua tokoh ini dikenal sebagai wartawan senior dan kawakan yang mengangkat nama Sumatera Utara dikancah persuratkabaran nasional atau internasional.

Banyak prestasi dan kontribusi lewat Surat Kabar Waspada yang sampai saat ini bukan hanya sebagai warisan bagi keluarga, tapi bangsa dan negara.

“Harian Waspada membangkitkan semangat juang melawan penjajah dengan sikap tegasnya menyatakan diri sebagai pendukung RI,” tuturnya.

Sementara itu, Drs. H. Ameer Hamzah MSi, Pengamat dan Sejarawan Islam yang juga menjadi nara sumber di FGD itu menyebutkan, dua pengagas Harian Waspada yakni alm H. Mohammad Said dan Hj. Ani Idrus, dua sejoli yang telah mengukir sejarah pers yang bukan hanya sebagai penyampai berita, tetapi juga berfungsi sebagai media pembangunan spiritual dan penjalin ukhuwah wathaniah.

Tokoh Aceh dan Sahabat Mohammad Said, Prof. A. Hasjmy mantan Gubernur Daerah Istimewah Aceh pertama, ketika HUT Waspada tahun 1996 menulis, “Waspada dan Aceh tak bisa dipisahkan, keduanya saling memberi kontribusi yang positif.

Waktu saya Gubernur (1956-1963), saya imbau supaya kantor-kantor Pemerintah Tk l dan Il dan juga rakyat berlangganan Harian Waspada Medan.

Menurut Hasjmy, Waspada adalah harian yang paling mengetahui tentang misi dan visi Pemda Aceh setelah kemerdekaan.

Kecerdasan Waspada dalam memberitakan Aceh tak terlepas dari H. Mohammad Said dan Hj. Ani Idrus.

Tokoh Aceh lainnya Teuku Talsya, menyebut Waspada sebagai “Pelita” yang menerangi kegelapan Aceh di awal kemerdekaan.

Sangat besar jasa Waspada untuk mencerdaskan bangsa khususnya Aceh.

Waspada bukan hanya menyajikan berita, tetapi juga berfungsi mencerdaskan umat dari kebodohan.

Pendiri Waspada H. Mohammad Said memang memiliki benang merah dengan Aceh. Beliaulah pengarang buku Aceh Sepanjang Abad.

Buku ini menurut Prof. Hasjmy adalah buku sejarah terbaik tentang Aceh, jika dibandingkan dengan sejarah lainnya.

“Saya optimis Waspada dengan berbagai variannya (edisi cetak, edisi online, dll) masa depan tetap bertahan dan kembali.

Waspada akan menembus batas, koran yang selalu waspada melangkah hati-hati, meniti zaman,” tuturnya. (Wsp)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *