MEDAN (Berita): Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumut Dr. Edy Ardiansyah, SpOG (K) mengatakan, edukasi secara konsisten harus terus dilakukan.
Juga pendekatan sosial langsung ke masyarakat jangan lemah,ujarnya menyikapi New Normal yang berlangsung ditengah pandemi ini, Sabtu Kemarin.
“Edukasi yang secata konsisten harus terus dilakukan, tidak boleh berhenti. Sebab, bila lemah dalam penetapan aturan yang telah ditetapkan,maka dikuatirkan akan menambah korban yang terpapar, ucap Edy
Dan ini semua stake holder harus terlibat, baik secara sosial maupun keagamaan. “Kita tidak tau kapan ini berakhir. Langkah dan upaya untuk memutus mata rantai jangan lengah,tambah Edy.
Menurut Edy, penetapan sanksi boleh-boleh saja. Apalagi Peraturan Walikota (Perwal) juga sudah ada dan ini harus benar-benar diterapkan.
Dilanjutkan Edy, dari aspek sosial misalnya, pendekatan kepada masyarakat untuk memahami bahaya Covid ini harus terus dilakukan.
Melalui edukasi pendekatan konsisten tersebut, lanjut Edy seperti perilaku untuk tidak melanggar protokoler kesehatan sampai edukasi pentingnya kesehatan, serta merta pendekatan keagamaan.
Saat ini, memasuki New Normal jumlah pasien terpapar pun bertambah. Memang ini adalah masa yang sulit,sebab, satu sisi masyarakat ingin bekerja mencari nafkah keluarga.
Tapi disisi lain kita ingin memutus mata rantai penyebarannya dengan memberlakukan Protokoler kesehatan,ucap Edy.
Memutus Mata Rantai
Pemerhati Kesehatan dr Evan Doni mengatakan memutus mata rantai Covid-19 lewat edukasi nyata harus dilakukan.
Dikuatirkan masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang bahaya Covid-19 tentu membutuhkan edukasi nyata di lapangan.
Indikatornya, lanjut Doni, makin bertambahnya jumlah yang terpapar. Itu artinya, edukasi berkelanjutan harus terus dilakukan agar pencerahan ini bisa dipahami masyarakat di Sumut guna memutus mata rantai tersebut.
Pasalnya, memasuki New Normal jumlah yang terpapar makin bertambah. Virus ini tidak boleh dianggap enteng. Meski virus ini tidak terlihat, tapi ini nyata.
“Saya melihat dari sisi medis, edukasi dan pemahaman apa sebenarnya virus ini dan dampaknya belum maksimal,sebut Doni.
Virus ini agar tidak berkembang sangat diperlukan cara-cara yang lebih konsisten baik menghimbau, melakukan edukasi pemahamannya secara langsung kepada masyarakat,ucap Doni
Bila kita melihat dari sisi agama kata Donny, yang mana kita harus mengikuti apa yang diinginkan pemimpin pemerintahan kita
yakni mematuhi protokoler kesehatan. Seperti wajib memakai masker, cuci tangan, hidup bersih, dan menjaga stamina tubuh
Ini kita malah melihat masyarakat saat ini banyak yang tidak memakai masker. Artinya, kesadaran masyarakat untuk wajib mematuhinya perlu diterapkan,tambah Doni.
“Bila merujuk di rumah sakit, tentu berbeda, kalau pasien di RS kan pasiennya di isolasi dan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap, jadi tidak menyebarkan kepada yang lain.
Tapi bagi masyarakat di luar kita kan tidak tahu, apakah dia sudah tertular atau tidak, katakanlah orang tanpa gejala (OTG),ujar Doni
“Untuk hal inilah yang mungkin tidak banyak diketahui masyarakat. Mereka tidak tahu apakah sudah tertular atau tidak.
“Sama halnya dengan kita, juga harus melindungi orang lain dari diri kita sendiri apakah diri kita sudah kategori OTG yang juga bisa menularkan pada orang lain,”sebutnya
Antisipasi penyebarannya tidak lain, mematuhi protokoler kesehatan seperti wajib memakai masker, cuci tangan dengan sabun atau sanitaijer, tidak berkumpul-kumpul dan menjaga jarak.
Terutama di pajak-pajak tradisional, kita lihat tidak ada lagi pembatasan jarak antara seseorang dengan orang lain. Padahal ini sangat berbahaya,ucap Doni.
Begitu pun dengan masyarakat dalam kesehariannya merasa saat ini sudah normal. Padahal tidak, justru kondisi saat ini yang paling kita kuatirkan karena tidak adanya lagi pembatasan sosial skala besar.
New Normal bukan berarti situasi ini sudah normal tapi kita masih dan wajib menjaga diri dengan melakukan pembatasan diri untuk memutus rantai virus ini,tutup Doni. (lin)













