Warisan Suku Lampung Pepadun, Kain Sulam Usus, Makin Panjang Makin Mahal

  • Bagikan
Berita Sore/laswie wakid Marketing Indah Tapis Lampung Uly Istiqomah menunjukkan baju jeans sulam usus pada ajang FEKDI dan KKI di Jakarta Convention Center Minggu (5/8/2024).

JAKARTA (Berita): Warisan Nusantara (Wastra) Lampung, yang teringat di kepala hanya kain tapis yang sulaman emas.

Ternyata ada satu lagi kain khas Lampung yang merupakan warisan suku Lampung Pepadun yakni kain sulam usus. Disebut usus karena benang panjang yang diletakkan di kain atau baju dengan variasi motif sehingga menambah harga kain tersebut menjadi mahal.

Kain usus Lampung ini dipamerkan dan dijual di ajang Festival Ekonomi Keuangan Digital (FEKDI) x Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang digelar Bank Indonesia di Jakarta Convention Centre (JCC) 1 – 4 Agustus 2024. Tahun ini tuan rumah KKI adalah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara.

Marketing Indah Tapis Lampung Uly Istiqomah kepada wartawan Minggu (4/8/2024) di JCC mengatakan kain usus peminatnya sama banyaknya dengan kain tapis. Lampung juga memiliki warisan kriya lain yang menjadi ciri khas mereka, yaitu kain sulam usus.

Uly menjelaskan kain usus ini berupa benang panjang yang disulam atau diletakkan di atas kain dan baju. Sehingga menambah nilai jual dari kain dan baju tersebut.

“Makin panjang benangnya maka makin mahal harga kain dan baju tersebut,” ungkap Uly.

Dia menyebut kain Sulam Usus diwariskan oleh suku Lampung Pepadun yang berkediaman di Menggala, Tulang Bawang, Lampung. Sesuai dengan namanya, kain usus merupakan kerajinan tusuk sulam di atas kain yang dibentuk melingkar menyerupai usus ayam. Biasanya, Sulam Usus akan dibuat dengan dasar kain satin, shantung, atau sutra, sehingga memiliki tekstur yang lembut.

Sulam Usus sudah digunakan oleh masyarakat Lampung sejak abad ke-16 silam. Pada saat itu, sulam usus kebanyakan hanya dipakai untuk menjadi perangkat pakaian adat pengantin perempuan, dan hanya golongan bangsawanlah yang memakai kain sulam ini untuk pakaian sehari-hari.

Sejatinya, sulam usus difungsikan sebagai penutup bagian dada (bebe) perempuan karena dahulu mereka hanya memakai kain tapis hingga bawah dada. Kini, sulam usus banyak dikreasikan menjadi pakaian dan aksesori modern.

Uly menuturkan karena membutuhkan ketelitian yang tinggi, dalam membuat sebuah atasan perempuan dengan panjang sepinggul saja bisa mencapai 2-3 bulan. Pengerjaan satu baju sulam usus dapat membutuhkan 10 orang yang biasanya adalah perempuan, dengan masing-masing tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda.

Dengan proses pembuatan yang tidak sederhana, satu pakaian sulam usus bisa dihargai sebesar Rp700.000 hingga Rp35.000.000. Meski dulu hanya digunakan dalam adat pernikahan, kini penggunaan kain sulam usus semakin meluas hingga menjadi gaun, kebaya, juga aksesoris seperti tas, taplak meja, juga kopiah.

“Bahkan sekarang kami membuat sulam usus di baju berbahan jeans. Laris manis, anak muda menyukainya,” tutur Uly.

Menurutnya, usaha Indah Tapis Lampung sekarang merespon keinginan kaum milenial anak-anak muda. Penjualan selama di pameran ini cukup banyak sehari sampai 10-an potong khususnya baju jeans sulam usus. Harganya sampai Rp1,6 juta untuk satu potong baju.

Menurut Uly mereka tampil di FEKDI dan KKI karena UMKM mereka merupakan binaan Bank Indonesia Lampung. (wie)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *