JAKARTA (Berita): Memasuki tahun ajaran baru dan bertepatan dengan peringatan
Hari Anak Nasional (23 Juli) yang mengangkat tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”,
menyoroti pentingnya pemenuhan hak anak atas gizi, kesehatan, dan perlindungan dari
pangan berisiko.
Siaran pers dari Ninja Xpress Jumat (25/7/2025) menyebutkan di tengah gaya hidup urban dan rutinitas sekolah yang kembali aktif, makanan beku (frozen food) menjadi solusi praktis bagi orang tua—namun harus dipilih dengan cermat agar tetap bergizi dan aman.
Berdasarkan survei bersama yang dilakukan oleh MNC Portal Research dan Ninja Xpress
pada Awal tahun 2025, lebih dari 65 persen pengiriman makanan beku oleh UMKM di
Jabodetabek dan Jawa Barat merupakan produk olahan seperti bakso, nugget, dimsum, dan lauk siap saji yang ditujukan untuk konsumsi keluarga, termasuk anak.
Dalam ekosistem rantai dingin ini, Ninja Cold — layanan pengiriman berpendingin
non-listrik milik Ninja Xpress — memainkan peran krusial. Dengan teknologi eco freeze
system tanpa listrik, Ninja Cold mampu menjaga suhu hingga -18°C selama proses
distribusi, memastikan kualitas makanan tetap terjaga dari titik produsen hingga konsumen akhir.
“Permintaan frozen food melonjak di minggu-minggu awal sekolah. Orang tua mencari
opsi cepat saji yang tetap bernutrisi untuk anak,” katanya.
Ninja Cold menjawab kebutuhan ini dengan
layanan logistik yang tidak hanya cepat, tetapi juga aman dan ramah lingkungan,” ujar Andi
Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress.
Sejalan dengan misi Ninja Cold mendukung gizi aman bagi anak, berikut tips memilih produk beku yang cocok dijadikan bekal sekolah:
1. Periksa Legalitas Produk: Wajib Ada Izin Edar. Pastikan produk terdaftar di BPOM (untuk industri besar) atau PIRT (untuk UMKM
rumahan). Cek nomor registrasi di kemasan. Bisa diverifikasi melalui situs
cekbpom.pom.go.id. Produk tanpa izin edar rentan tidak memenuhi standar
higienitas dan bisa berisiko menyebabkan gangguan pencernaan pada anak.
2. Prioritaskan Komposisi Alami, Bukan Tambahan. Pilih yang tinggi protein (ayam, ikan, tahu, tempe), rendah lemak jenuh, dan tidak mengandung MSG, nitrit, atau pengawet berlebih. Hindari produk dengan penguat
rasa (monosodium glutamat), pengawet sintetis seperti sodium nitrite, dan pewarna
buatan seperti Tartrazine (E102). Studi IDAI menyebut konsumsi nitrit berlebih dapat
memengaruhi kadar hemoglobin anak dan meningkatkan risiko reaksi alergi.
3. Pilih Kemasan Vakum atau Segel Ganda
Frozen food yang baik dikemas vakum untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Pastikan tidak ada kemasan bocor, robek, atau terbuka — tanda bahwa rantai dingin
sudah terputus. Suhu ideal selama penyimpanan dan pengiriman adalah -18°C.
Jika kemasan tampak berair atau berembun, produk kemungkinan sempat mencair. Lalu
pastikan frozen food menggunakan Jasa Pengiriman yang Terbukti Menjaga Suhu
seperti Ninja Cold. Tanpa rantai dingin yang stabil, produk berisiko mencair dan
membahayakan kualitas.
4. Perhatikan Tanggal Produksi dan Expired
Frozen food bukan berarti bisa disimpan selamanya. Idealnya, konsumsi dalam
30–60 hari sejak produksi, tergantung jenisnya. Produk berbahan ikan atau
seafood lebih cepat mengalami penurunan mutu.
5. Uji Coba di Rumah Terlebih Dahulu
Sebelum dijadikan bekal sekolah, sajikan di rumah dan observasi apakah anak suka,
merasa kenyang, dan tidak mengalami reaksi alergi. Jangan hanya mengandalkan
nugget dan sosis. Kombinasikan dengan nasi, buah potong, dan sayuran rebus agar
tetap seimbang. Sesekali beri variasi seperti dimsum ayam, pastel frozen, atau roti isi beku rendah gula.
Berbeda dari sistem cold chain konvensional, teknologi Ninja Cold tidak menggunakan
listrik, freon, maupun kompresor aktif. Hal ini menjadikannya lebih eco-friendly, sekaligus
lebih terjangkau bagi UMKM. Rute distribusi pun kini menjangkau seluruh Jabodetabek,
Bandung, dan kota-kota tier dua di Jawa Barat.
“Kami percaya logistik bukan hanya soal
kecepatan, tapi juga keberlanjutan dan kepedulian. Ninja Cold hadir untuk mengamankan makanan anak dan membantu UMKM berkembang,” tutup Andi. (wie)