MEDAN (Berita): Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Energi Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Sumatera Utara melaksanakan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke sejumlah pasar tradisional di Medan Kamis (30/1/2025).
Kepala KPPU Kanwil I Ridho Pamungkas bersama Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag ESDM Sumut Charles TH Situmorang dan rombongan mulai bergerak ke Pasar Simpang Limun Jalan Kemiri Medan.
“Selain Pasar Simpang Limun, kami akan lanjut ke Pasar Halat di Jalan Halat, Pasar Peringgan di Jalan Iskandar Muda dan Pusat Pasar Medan,” kata Ridho kepada wartawan yang mengikuti Sidak KPPU bersama Disperindag ESDM Sumut.
Di Pasar Simpang Limun Medan, Ridho didampingi Kepala Pasar PUD Pasar Kota Medan Wan Lismah memantau harga bahan pangan khususnya beras, minyak goreng, gula pasir, telur, ayam, daging, cabai merah dan bumbu lainnya.
“Kami memantau harga bahan pangan jelang bulan Ramadhan ini. Apakah ada perilaku usaha tidak sehat di sini. Yang tinggi sekali di sini harga minyak goreng, khususnya Minyakita,” kata Ridho di Pasar Simpang Limun Medan.
Harga cabai merah Rp60.000 per kg, cabai kecil Rp56.000 per kg, cabai hijau Rp24.000 per kg. Minyakita Rp17.000 – Rp18.000 per kg, minyak curah Rp17.000 per kg. Gula pasir Rp18.000 per kg.
Roslinda, pedagang di Pasar Simpang Limun itu menuturkan dia mengambil dari agen/grosir Rp195.000 per kardus (isi 12 kotak, ukuran 1 liter per kotak). Harga Minyakita ke konsumen menjadi Rp17.0O0 per liter. Harga gula pasir Rp18.500 per kg.
Pedagang itu mengaku menjual Minyakita ke konsumen tak pernah jual pakai paket yakni menjual Minyakita dengan pembelian produk lainnya dalam satu paket.
“Saya pun beli Minyakita tanpa ada syarat lain,” kata Roslinda.
Rosalinda menambahkan sekarang berkurang pembeli. Lebih enak waktu masa Covid-19. Berkurang sejak habis lebaran tahun lalu.
Tepung terigu harganya Rp8.000 per kg.
Sementara itu di pedagang ayam potong, Ridho mendapat informasi dari Abubollah, salah seorang pedagang di sana. Harga ayam potong sekarang Rp28.000 per kg, turun dibanding jelang tahun Baru 2025 yang mencapai Rp35.000 per kg.
Abubollah menyebut penjualan berkurang drastis, jelang tahun baru bisa habis 300 – 400 ekor per hari, sekarang hanya 250 – 270 ekor per hari. “Mungkin karena pedagang ayam sudah terlalu banyak di sini atau memang saya beli masyarakat yang turun,” katanya.
Hal sama juga dikeluhkan pedagang daging Hj Mariati dimana sekarang paling laku 100 – 150 kg per hari, padahal sebelumnya mencapai 400 – 600 kg per hari. Dulu Hj Mariati potong sendiri, namun sekarang ambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) dengan harga Rp90.000 per kg dan dia jual Rp125.000 per kg ke konsumen. Biasanya harga daging Rp130.000 per kg dan akan naik di saat jelang Hari Besar Keagamaan seperti Ramadhan, lebaran, natal dan juga tahun baru.
Begitupun dengan harga telur yang juga turun. Sebelum tahun baru harganya paling kecil Rp1.600 per butir, sekarang harganya turun berkisar Rp1.200 – Rp1.300 per kg.
Titik Muryani, pedagang telur di Pasar Simpang Limun Medan itu menuturkan dia ambil telur dari agen yang jual murah. “Kita lebih baik beli mana murah aja. Kalau beli ke satu agen susah. Waktu Imlek kadang gak ada barang. Dimana ada, disitulah kita beli. Sekarang lumayan turun,” katanya.
Sedangkan harga kelapa Rp8.000 per butir ukuran sedang. Harga kelapa juga mengalami kenaikan bervariasi Rp1.000 – Rp2.000 per butir.
Kepada wartawan, Ridho mengatakan secara umum harga bahan pangan relatif stabil. Untuk harga ayam potong dan telur relatif turun. Harga cabe merah sedikit naik, mungkin ini sangat dipengaruhi kondisi cuaca.
“Untuk ayam dan telur harapkan stabil. Meski jelang Imlek kemarin ada kekurangan pasokan. Untuk saat ini, KPPU tetap monitoring dan awasi. Kalau harga bahan pangan tinggi kita terus awasi,” jelas Ridho.
Untuk harga Minyakita yang naik, menurut Ridho, KPPU akan terus awasi. Namun kemungkinan ini ada pengaruhnya dengan ekspor minyak sawit yang turun, khususnya minyak goreng. Sebab Minyakita itu memang orientasi ekspor, namun kalau ekspor maka 30 persen harus ada untuk pasar dalam negeri.
“Kalau ekspor turun, otomatis alokasi 30 persen untuk dalam negeri juga turun, tak banyak Minyakita di pasar yang gilirannya harga minyak goreng subsidi itu pun naik,” kata Ridho.
“KPPU akan telusuri minyakita ini sampai ke hulu. Namun kemungkinan karena pengaruh adanya penurunan ekspor,” terang Ridho.
Ia berharap harga yang relatif stabil itu hendaknya tetap bertahan baik ayam, daging maupun telur,” jelas Ridho. (wie)