Inflasi Sumut 2022 Didorong Meningkat Pendapatan Masyarakat

  • Bagikan
Kepala Perwakilan BI Sumut Soekowardojo (kiri) bersama penggantinya Doddy Zulverdi (kanan) yang mulai menjabat 1 Pebruari 2022 dalam acara Bincang-bincang Bareng Media secara offline di Kantor BI Jalan Balai Kota Medan Senin (31/1), sebagian lainnya bertemu secara online. beritasore/laswie wakid
Kepala Perwakilan BI Sumut Soekowardojo (kiri) bersama penggantinya Doddy Zulverdi (kanan) yang mulai menjabat 1 Pebruari 2022 dalam acara Bincang-bincang Bareng Media secara offline di Kantor BI Jalan Balai Kota Medan Senin (31/1), sebagian lainnya bertemu secara online. beritasore/laswie wakid

MEDAN (Berita): Peningkatan inflasi didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan pemulihan ekonomi yang didukung progress pencapaian program vaksinasi yang baik, pengurangan sejumlah insentif/diskon tarif pemerintah, dan masih berlanjutnya bansos pemulihan ekonomi nasional.

“Secara umum inflasi Sumatera Utara tahun 2022 diperkirakan masih dalam rentang sasaran nasional 3 persen1 persen,” kata Soekowardojo,  Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumatera Utara Senin (31/1).

Soekowardojo  akan mengakhiri jabatannya di Sumut 1 Pebruari 2022. Dia digantikan oleh Doddy Zulverdi, yang sebelumnya menjabat Kepala Departemen Internasional BI Pusat di Jakarta.

Soekowardojo mengatakan ada beberapa faktor pendorong inflasi di Sumut yakni yang pertama membaiknya daya beli masyarakat seiring dengan implementasi program vaksinasi, perbaikan kondisi lapangan kerja dan didukung oleh program bantuan sosial pemerintah.

Kedua, peningkatan permintaan dan ekspektasi masyarakat secara umum. Ketiga kenaikan cukai rokok, harga elpiji non-subsidi, dan potensi pengurangan.

Keempat insentif tarif listrik pada tahun 2022. Kelima insentif PPnBM dan pelonggaran LTV kendaraan bermotor mendorong konsumsi kendaraan bermotor.

“Kelima meningkatnya harga angkutan udara sebagai dampak pelonggaran mobilitas dan meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan wisata. Keenam penyaluran insentif fiskal berpotensi mendorong kenaikan permintaan masyarakat,” ujarnya.

Sedangkan untuk penahan inflasi ada beberapa faktor yakni pertama inflasi komoditas volatile food yang relatif terkendali dibandingkan tahun sebelumnya karena disertai dengan meningkatnya produksi pangan utama dan hortikultura.

“Kedua pulihnya rantai pasokan seiring dengan pelonggaran PPKM secara nasional.Ketiga koordinasi dan program pengendalian inflasi TPID Sumatera Utara dan pengawasan bersama Satgas Pangan. Keempat peran aktif BUMD dan implementasi Kerjasama Antar Daerah

(KAD) untuk menjaga stabilitas harga, dan terakhir yakni kenaikan UMP 2022 di Sumatera Utara yang hanya sebesar 0,93 persen,” ujarnya.

Sedangkan pada 2022, pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat ke kisaran 4,7-5,5 persen sejalan dengan akselerasi vaksinasi, akselerasi konsumsi swasta dan investasi, dan tetap terjaganya belanja fiskal Pemerintah dan ekspor. (wie)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *