MEDAN (Berita) : Pandemi Covid-19 memang dirasakan oleh semua masyarakat dan memberikan dampak negatif penurunan pertumbuhan ekonomi, termasuk terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Hal ini dirasakan pengaruhnya oleh M Benhardi, pengusaha UMKM minuman Jenisa alias Jeruk Nipis Asli kepada wartawan Senin (11/1/2021) secara virtual zoom.
Acara virtual yang diprakarsai Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) itu diikuti sejumlah wartawan yang menyebar di seluruh Indonesia dengan moderator Ika AN dari Mandiri Syariah. Hadir juga di sana Fahmy Ahmad,
Branch Manager Mandiri Syariah Kuningan Cirebon.
Benhardi mengatakan pada masa pandemi Covid-19, omsetnya mengalami penurunan 30-40 persen. Namun dia mengaku harus tetap optimis dengan terus berkreatifitas menghasilkan produk minuman lain dari yang lain.
Ia bercerita sebelum menggeluti bisnis munuman, dia dulu dia kerja di Pertambangan. Namun ditinggalkannya karena pada tahun 2004 dia mendirikan minuman segar dan sehat “Jenisa” yang bahan bakunya jeruk nipis berkualitas tinggi, banyak airnya. Modal saat itu hanya Rp3,8 juta dengan satu pegawai.
“Saya optimis di bisnis minuman ini karena prospeknya cukup bagus,” kenang Benhardi.
Ia selaku pengusaha kecil, di tengah maraknya bisnis minuman terus mencoba menawarkan minuman segar pelepas dahaga sekaligus untuk kesehatan ke sejumlah mall dan toko.Tak pernah bosan.
“Tiap hari saya datangi mall dan toko-toko itu. Apakah sudah ada yang nanya minumannya,” terangnya.
Menurut dia, orang-orang yang nanya itu sebenarnya saudara dan kerabatnya sendiri. “Inilah strategi kita dalam pemasaran,” terangnya.
Tapi toko dan mall tetap menanyakan apakah minuman produksinya sudah ada iklannya di tv. “Saya bilang ada, tapi agak tengah malam tayangnya,” ungkap Benhardi. Padahal dia belum pernah memasang iklan di TV yang jelas biayanya mahal, sementara dia masih mulai merintis.
Benhardi, warga Dusun Puhun RT 05 RW 04 Kel/Desa Ciawigebang Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sedangkan usahanya dikerjakan di Jalan Raya Ciawigebang Blok Kawedanan RT 03 RW 03 Ciawigebang.
Ternyata strateginya berhasil, produksi minumannya terus bertambah. Ia bahkan dapat penghargaan dari pemerintah dan diberi kesempatan ikut pameran ke delapan negara. “Saya berorientasi kepada kemasan, rasa, pasar lokal karena distribusinya tidak perlu biaya tinggi,” katanya.
Benhardi juga menghitung jika 5 persen saja penduduk Jawa mengkonsumsi minumannya maka produksinya bisa mencapai 7,5 juta botol.
Setelah 14 tahun usahanya atau pada tahun 2018, omset rata rata penjualannya mencapai Rp285 juta. Permintaan terus bertambah karena jaringannya makin luas, terutama di Kabupaten Kuningan. Pegawainya juga sudah 22 orang. Di saat itu dia butuh bantuan bank untuk menopang usahanya.
Pada April 2018, Benhardi mendapat pinjaman dari Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu (KCP) Kuningan sebesar Rp190 juta dengan masa pengembalian 36 bulan. Uang itu digunakannya untuk modal kerja berupa pembelian peralatan botol dan kardus kemasan. “Saya sangat terbantu dengan adanya pinjaman dari BSM,” jelas Benhardi.
Pengaruh Pandemi Covid-19
Sampai sekarang usaha keluarga ini masih bertahan. Namun saat pandemi Covid-19 melanda, omsetnya mengalami penurunan 30-40 persen yang berakibat sejumlah pegawainya dirumahkan karena produksi menurun. Begitupun angsuran ke BSM tetap berjalan lancar.
Benhardi menyebut untuk bertahan dalam kondisi Covid-19 sekarang, dirinya membuka usaha baru berupa kedai kopi dengan sasaran pelanggan masyarakat lokal. Berbeda dengan produk Jenisa yang pelanggannya kebanyakan para wisatawan.
Selain itu, tambah Benhardi, produk Jenisa sudah bekerjasama dengan agen-agen dan toko oleh oleh relatif besar sehingga cukup dikenal oleh masyarakat luas. Ia juga memasarkannya secara digital seperti melalui IG juga Bukalapak.
Branch Manager Mandiri Syariah Kuningan Cirebon Fahmi Ahmad mengatakan BSM fokus pada pembiayaan UMKM. Bahkan pada masa pandemi Covid-19 ini, BSM memberikan relaksasi kepada nasabah UMKM agar tetap bisa bertahan di masa ini. (Wie)
.