JAKARTA (Berita): Ke depan, Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2025 dan 2026.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan hal itu dalam siaran pers disiarkan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di website BI seperti dikutip Berita Rabu (30/4/2025).
Inflasi inti diprakirakan terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang memadai, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi. Inflasi VF diprakirakan terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian.
IHK pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,03 persen (yoy), dengan inflasi inti tetap terkendali sebesar 2,48 persen (yoy), sejalan dengan konsistensi suku bunga kebijakan BI (BI-Rate) untuk mengarahkan ekspektasi inflasi.
Inflasi kelompok volatile food (VF) tercatat sebesar 0,37 persen (yoy) didukung oleh kecukupan pasokan komoditas pangan utama dan eratnya sinergi pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Sementara itu, kelompok administered prices tercatat deflasi sebesar 3,16 persen (yoy), tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya sebesar 9,02 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh berakhirnya implementasi kebijakan diskon tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya terpasang listrik < 2.200 VA.
Penguatan respons kebijakan moneter terus dilakukan, termasuk optimalisasi strategi operasi moneter pro-market dalam rangka stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi.
Pendalaman Pasar Uang
Perry menambahkan sebagai upaya pendalaman pasar uang dan pasar valas, serta strategi mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan dalam negeri, instrumen moneter pro-market Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI) dan Sukuk Valas BI (SUVBI) terus dioptimalkan.
Hingga 21 April 2025, total posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp881,86 triliun, 1,40 miliar dolar AS, dan 277 juta dolar AS. Kepemilikan nonresiden dalam SRBI per tanggal 21 April 2025 mencapai Rp209,90 triliun (23,80 persen dari total outstanding).
Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.
Sehingga memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi. "Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat operasi moneter yang mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah," kata Perry.
Selama tahun 2025 (hingga 22 April 2025), Bank Indonesia telah membeli SBN sebesar Rp80,98 trilliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 trilliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26,00 trilliun.
Ke depan, berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan guna terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
Transmisi kebijakan moneter tetap baik di tengah kenaikan risiko dari dinamika global. Sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Januari 2025 dan operasi moneter yang ditempuh Bank Indonesia, suku bunga pasar uang (INDONIA) terus menurun menjadi 5,77 persen pada 21 April 2025 dari semula sebesar 6,03 persen pada awal Januari 2025.
Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 16 April 2025 juga menurun, namun tetap menarik untuk aliran masuk modal asing, yakni dari masing-masing 7,16 persen; 7,20 persen; dan 7,27 persen pada awal Januari 2025 menjadi 6,59 persen; 6,61 persen; dan 6,64 persen per 16 April 2025.
Imbal hasil SBN juga tetap menarik, meskipun untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,96 persen menjadi 6,54 persen, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,98 persen menjadi 6,94 persen.
Adapun suku bunga perbankan tercatat rendah ditopang oleh kecukupan likuiditas perbankan sejalan dengan implementasi penguatan KLM serta publikasi transparansi SBDK.
Likuiditas yang cukup tersebut mampu meningkatkan efisiensi pembentukan suku bunga perbankan sehingga mendukung penyaluran kredit perbankan. Pada Maret 2025, suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit tercatat masing-masing sebesar 4,77 persen dan 9,20 persen, relatif stabil dibandingkan dengan level pada bulan sebelumnya. (wie)