MEDAN (Berita): Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di tahun 2025 akan semakin kuat meskipun risiko eksternal dan domestik masih membayangi.
Hal itu ditegaskan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara IGP Wira Kusuma pada acara Bincang Bareng Media (BBM) Kamis (19/12/2024). Saat itu Wira, panggilan akrabnya didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut Suharman Tabrani dan Iman Gunadi.
“Meskipun risiko eksternal dan domestik masih membayangi, Sumatera Utara diprakirakan akan mencapai pertumbuhan dengan rentang sasaran 4,9 ± 5,7 persen (yoy),” katanya.
Wira sendiri berbicara terakhir di Bincang Bareng Media (BBM) akhir tahun, Desember 2024 dengan wartawan yang sehari-hari meliput di BI. Pasalnya Wira akan bertugas 15 Januari 2025 selaku Kepala Perwakilan BI London.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diprakirakan tetap kuat pada 2024 dengan dukungan permintaan domestik yang cukup kuat di tengah risiko eksternal. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2024 diprakirakan berada pada rentang kisaran 4,7-5,5 persen (yoy).
Di sisi eksternal, risiko perlambatan ekonomi global masih membayangi. Tensi geopolitik di sejumlah negara, dan risiko pertumbuhan negara mitra dagang utama yang lebih rendah capat menekan ekspektasi lebih kuatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Sumbangan penerimaan ekspor yang tinggi selama beberapa triwulan terakhir memberikan harapan bagi peningkatan daya saing sektor industri pengolahan, yang memberikan multiplier tinggi bagi penciptaan lapangan kerja.
Pemerintah mengumumkan tarif tunggal PPN, yakni sebesar 12 persen dan berlaku mulai 1 Januari 2025. Namun dengan fasilitas pembebasan terhadap barang dan jasa kebutuhan pokok serta pajak ditanggung pemerintah (DTP) terhadap tiga komoditas (tepung terigu, gula untuk industri, dan minyak goreng rakyat atau Minyakita)
Bersamaan dengan itu, Pemerintah juga menyatakan menyiapkan paket stimulus ekonomi yang menyasar enam aspek, yakni rumah tangga, pekerja, UMKM, industri padat karya, mobil listrik dan hibrida, serta properti
Wira menyebut bauran kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2025 akan terus diarahkan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dalam sinergi erat dengan kebijakan ekonomi nasional
Kebijakan moneter Bank Indonesia pada tahun 2025 akan diarahkan pada keseimbangan untuk menjaga stabilitas (pro-stability and growth”), dengan tetap mencermati ruang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Sasarannya adalah pencapaian sasaran inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah, khususnya dari dampak negatif rambatan global,” kata Wira
Inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah yang terkendali sebagai prasyarat bagi kepastian dan. berkembangnya berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan, baik oleh Pemerintah, perbankan, dunia usaha, investor, maupun masyarakat.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (“pro-growth”).
Kebijakan makroprudensial longgar akan tetap dilanjutkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan pada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, pengembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), inklusi ekonomi dan keuangan hijau.
Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan ditutup lebih kuat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini didukung tingkat inflasi yang rendah sebesar 1,13 persen (ytd).
Kenaikan permintaan masyarakat menjelang nataru, tunjangan hari raya yang diterima 100 persen, serta pencairan gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara mewarnai terjaganya daya beli masyarakat. Berlanjutnya program perlindungan sosial pemerintah seperti bantuan pangan nontunai (BPNT)/ kartu sembako, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) di proyeksikan akan menjagai tingkat konsumsi rumah tangga tetap terjaga. (wie)