MEDAN (Berita): Kehidupan para petani di Indonesia miris, karena itu butuh dukungan dan kepedulian pemerintah guna mengatasi permasalahan mereka. Begitu juga dengan dukungan penta helix.
Dari hasil kajian kita dilapangan terutama kehidupan para petani yang umumnya di pesisir pantai sangat miris. Butuh perhatian untuk meningkatkan kehidupan para petani yang lebih layak.
Demikian pendapat Kordinator Wilayah (Korwil) Asosiasi Bisnis Development Service Indonesia (ABDSI) Sumatera Utara Yusman MA, kepada Berita, Senin, (24/8) menyikapi belum berpihaknya pemerintah kepada permasalahan petani di lapangan.
Keberpihakan dan dukungan pemerintah merupakan faktor utama, ditambah dengan elemen lainnya. Dukungan penta helix, sebut Yusman, yaitu dukungan kekuatan pemerintah, komunitas rakyat/masyarakat, akedemisi dan media
Namun dalam hal ini peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengelola anggaran tentu ini lah yang paling utama,sebut Yusman.
Menurut Yusman, permasalahan petani di lapangan belum tersentuh pemerintah. Di Sumut saja contohnya, khususnya daerah pesisir pantai hampir di semua daerah masih jauh dari harapan dan kita berharap keberpihakan ini menjadi perhatian pemerintah.
Kepemilikan lahan dipinggiran pantai misalnya, baik itu lahan pertanian atau hutan semua nya adalah milik para konglomerat. Yang punya hutan kaya, yang merampas hutan kaya.
Sementara petaninya, dari tahun ke tahun hidupnya tetap miskin bahkan rumahnya pun tidak layak huni,sebut Yusman.
Contohnya lagi, petani yang menanam padi, untuk lahan yang dikelolanya satu rante, lalu memanen padinya butuh waktu tiga bulan yang hasil penjualannya satu rante cuma Rp1 juta.
“Berarti, terang Yusman, penghasilannya hanya Rp300 ribu per bulannya. Inilah contoh mirisnya kehidupan petani kita.
Siapa yang salah? apakah pemerintah peduli melihat kondisi ini.
Menjadi pertanyaan kita apa peran pemerintah, seperti Bulog dan Dinas Pertanian, lembaga atau instansi lainnya seperti Kominfo untuk memberikan informasi. Apakah mereka melihat kondisi ini,sebut Yusman.
Ketika panen, harga turun, ketika mau nanam harga pupuk naik. Apa peran pemerintah, apakah mereka mengkaji dan meneliti ini?
“Selama petani masih bertanya berapa harga di agen untuk menjual produksinya,itu artinya, petani akan tetap miskin.
Ini hanya contoh kecil saja, karena itu kita
berharap apa yang menjadi kebutuhan petani kita untuk menyelesaikan benang kusut tersebut butuh dukungan penta helik.
Yakni butuh dukungan kekuatan pemerintah sebagai pengelola anggaran, kekuatan komunitas masyarakat, dunia usaha dan kekuatan media untuk menyuarakan kehidupan miris petani kita, ujar Yusman.
Kita ABDSI hanya sebagai pendamping dan melakukan penelitian apa yang menjadi kesulitan yang dialami para petani kita di lapangan.
“Namun pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengelola anggaran yang seharusnya melihat kondisi di lapangan dan menjawab apa yang menjadi kebutuhan petani kita.
Pendamping dan media hanya bisa menyuarakan apa yang dibutuhkan petani kita”,tutup Yusman. (lin)















