Selama Covid-19 Penghasilan Nelayan Bireuen Menurun

  • Bagikan

 

BIREUEN (Berita): Akibat Pandemi Covid-19 pendapatan para nelayan di Kabupaten Bireuen menurun ,hasil tangkapan khususnya ikan tuna harga jual anjlok.

Hal ini diungkapkan sejumlah nelayan di Kabupaten Bireuen,pada lokasi tempat pendaratan ikan di Gampong Bate Timoh, Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen, yang dihubungi Berita,Kamis (22/04).

Sejak terjadi Covid-19 bagi nelayan tradisional ,yang mencari nafkah di Laut Malaka, menangkap ikan tuna,untuk eksport,harga sangat murah atau anjlok sebelum terjadi wabah pandemi sekitar Rp 45.000/kg,kini hanya dihargai Rp 30.000/kg.

Daniel,40, diwakili nelayan tradisional warga Gampong Bate Timoh Kecamatan Jeumpa Bireuen, menyebutkan pada lokasi tempat pendaratan atau pelelangan ikan di sini,sekitar ratusan unit bout setiap hari beroperasi di Laut Malaka, sekitar pukul 05.00 wib (sesudah shalat subuh).

Berangkat untuk cari ikan tuna  khususnya di laut lepas,kadang kala baru pulang sore hari,bila  Allah SWT memberikan  rizki, beberapa ekor ikan tuna besar 30 sampai 40 kg/ekor,dengan cara memancing,di tengah lautan,bisa mendapat penghasilan bagi nelayan mencapai sekitar satu juta rupiah,bahkan bisa saja,tidak ada sama sekali.

Penghasilan itu,setelah dipotong biaya operasional,beli minyak solar Rp 6000/liter,sekali jalan dua jeregen sekitar 60 liter bahan bakar minyak.Pihak pemilik bout atau toke menanggung semua biaya,baru nanti ada hasil di bagi dua, kata Daniel.

Menjawab,selama bulan suci ramadhan 1442 Hijriah Tahun 2021 ini, hasil tangkapan nelayan jauh berkurang bahkan sama sekali tidak ada tuna besar, apa penyebabnya ada pengaruh alam angin dan gelombang.

Menurut Daniel,yang sudah dianugerahkan empat orang anak,tidak ada mungkin Allah SWT,belum  memberikan rizki,apalagi harga ikan tuna turun selama Covid-19 ini, jadi, nelayan hanya dapat ikan tuna atau( sure ubeut red aceh),tidak sesuai biaya operasional yang telah kita keluarkan.

Walaupun demikian,sangat bersyukur kepada Allah SWT, semua nelayan di tempat kita kini,ada milik sendiri bout sampai tiga unit,dengan harga Rp 35.000.000/unit,sudah  termasuk mesin,tinggal kita beli alat mancing dan lainya.

Bout dibuat di sini bahan kayu jenis bayu,umumnya anak muda pemilik bout juga berprofesi nelayan cari ikan sendiri juga ditemani dua awak bout,tak heran bila ikan tuna dan berbagai jenis ikan  kecil kecil tertangkap (panen),satu bulan sudah dapat kita beli bout lain.

Menjawab,berapa usia satu bout atau rusak disebabkan air asin, bertahan sekitar dua sampai empat tahun,sedangkan mesin setiap tahun harus kita ganti,kami juga setiap hari Jumat dan bila ada pesta maupun orang  meninggal,tidak dibenarkan turun kelaut cari ikan ,ucap Daniel,juga mengaku pedagang barang grosir di Kota Bireuen.

Sejumlah pedagang ikan di lokasi tempat pendaratan ikan di Gampong Bate Timoh Kecamatan Jeumpa Bireuen,yang dihubungi secara terpisah,hasil tangkapan ikan sure atau cerebok dibeli dari nelayan tersebut,lalu dijual kembali dengan harga Rp 20.000/kg,kepada warga masyarakat dari berbagai gampong, datang ketempat itu, ungkap salah seorang pedagang (Rjb).

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *