KAYU MENTANGUR (Berita) : Pengawas Pemilihan Kabupaten Aceh Tenggara menggelar diskusi dengan puluhan wartawan dilokasi Wisata Angasa Dayung Djogja Kute Kayu Mentangur Kecamatan Ketambe.
Kegiatan bertema “Diskusi Media Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu 2024″ berlangsung sederhana Pada Sabtu (27/5), dibuka Ketua Panwaslih diwakili via KORDIP HP2H Riduan Efendi membidangi Pencegahan dan pengawasan dan Raudah KORDIP H2P.
Tidak hadirnya Ketua dan anggota Komisioner Panwaslih lainya, karna tengah melaksanakan tugas luar daerah , laporan Riduan dalam pembukaan diskusi media tersebut.
Kata Riduan, kepada rekan media dan seluruh elemen lapisan masyarakat agar dapat ikut serta dalam pengawasan pelaksanaan Pemilu yang jujur dan adil.
Dengan adanya peran media dan masyarakat melakukan pengawasan akan dapat menyukseskan pemilu yang bermartabat dan Berintegritas.
Tampak hadir juga ketua PWI Agara Sumardi didampingi sekertaris Noris Elifiyan serta puluhan belasan anggotanya, antusias ikut dalam diskusi tersebut.
Pelaksanaan sempat molor sekitar 1,30 Menit dari jadwal sebelumnnya, kegiatan dimulai pada sekitar Pukul 10.30 Wib.
Ketua PWI Agara Sumardi dalam pemaparannya selaku Narasumber, saat ini kita tengah masuk agenda nasional yaitu Pemilu sebagai ” Pesta Demokrasi” kepada rekan wartawan harus bisa menjaga stabilitas keamanan atas pelaksanaan Pemilihan Legeslatif.
Mari kita awasi bersama,dengan adanya keterlibatan media, sangat berperan penting dalam menyampaikan informasi yang benar, agar menjauhi berita Hoax.
Kepada rekan wartawan , agar tetap mengedepankan Pola penulisan yang benar sesuai dengan unsur 5W+1H kontek UU No 40/99 dan KEJ.
Wartawan harus bisa menjadi corong dalam penyampaian informasi yang seimbang, agar masyarakat dapat mengkonsumsi berita yang layak dan jelas kebenarannya.
Hari ini, saya minta rekan media agar tidak menampilkan tulisan dapat memicu kerusuhan dalam pelaksanaan pemilu 2024.Mari kita bergandeng tangan dengan pihak Panwaslih Agara dalam melaksanakan tugas dilapangan,Pesan Sumardi.
Wartawan di PWI bukan “Preman” saya ingatkan agar tidak mengedepankan hal demikian, dan tetap menjadi wartawan Independen dengan memegang teguh PDRT PWI,Tambah Sumardi.
Saat ini wartawan di Kabupaten Aceh Tenggara bak “Jamur dimusim hujan”, ini juga harus kami bina kedepannya, agar tetap dalam koridor Kode Etik Jurnalistik.
Maaf, wartawan di bawah lembaga PWI, tidak ada yang bergaya preman, kami sangat prihatin atas ulah oknum-oknum Wartawan Gadungan yang kerap merusak citra Jurnalis.Kata Sumardi.
Riki Okta wartawan ( AJNN), minta silaturrah antara rekan Media dan Ketua dan Anggota Panwaslih dapat lebih terbuka, yang selama ini dinilai jauh dari harapan rekan media.
Sementara itu, Husaini Amin jurnalis (Berita Sore) menyarankan kepada pihak Panwaslih agar dapat mengandeng PWI dalam mensosialisasikan bahanya “Politik Uang” dan Praktek ” jual beli suara” dengan Media Massa serta via Media Spanduk, Baliho dll.
Dilanjutkan dari Reporter TVRI Abd Azis, juga menyampaikan terkait pengalaman dilapangan dalam liputan , termasuk risih dengan tingkah polah oknum wartawan /LSM berlagak penyidik kata Azis.
Armen Toni wartawan The Aceh Post dan kami prinsipnya tetap komit dalam koridor penampilan berita yang berimbang.
Asnawi Jurnalis (Serambi Indonesia) juga menyarankan agar Group PWI dan Panwaslih “Lawan Politik Uang” dapat melibatkan semua Pengurus Panwaslih dari unsur Kute/Desa, Kecamatan dan Kabupaten Kata Nawi.
Pihak Panwaslih Agara, sangat merespon positif atas masukan dari rekan jurnalis yang hadir dalam diskusi tersebut.Pintu kami tetap terbuka untuk semua lapisan masyarakat termasuk rekan Jurnalis.kami siap bekerja sama dalam Gruop tersebut. Kata Riduan mengakhiri.(aie)















