NAGAN RAYA (Berita): Hasil pengujian air Sungai Krueng Nagan yang menyebabkan ikan mati beberapa waktu lalu sudah dikeluarkan pihak Laboratorium Penguji Balai Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh (LABBA).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Nagan Raya, Teuku Zeddy Surachman mengatakan, dari hasil pengujian LABBA, bahwa kematian ikan di hulu sungai Krueng Nagan merupakan faktor alam yang ditandai tingginya residu tersuspensi (TSS) akibat terjadi longsor, sehingga banyak partikel terlarut menyebabkan air keruh kecoklatan.
Hal ini sejalan dengan kondisi Krueng Nagan dalam keadaan keruh kecoklatan yang menandakan banyaknya partikel terlarut. Akibat longsor tersebut juga menyebabkan massa air dan debit air meningkat, sehingga membawa belerang (sulfida/H2S) naik ke permukaan,’’kata Teuku Zeddy kepada Wartawan Jum’at (26/5)
Ia menjelaskan, berdasarkan dua parameter TSS dan Sulfida ini memungkinkan sebagai indikator penyebab kematian ikan secara massal,”jelas Zeddy.
Dimana pada Selasa (25/4) lalu Tim DLH mendapat perintah dari Pj Bupati untuk memantau lokasi sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Krueng Nagan (Irigasi) Kecamatan Beutong dan Seunagan, karena ada informasi dari masyarakat melalui media sosial terjadi kematian ikan dalam jumlah besar di aliran sungai tersebut.
Setelah tiba dilokasi Irigasi Kecamatan Beutong dan Jembatan Desa Alue Buloh Kecamatan Seunagan, kondisi fisik sungai menunjukkan air keruh berwarna lumpur (coklat) dengan arusnya yang deras.
Dan usai pengambilan sampel air di dua lokasi tersebut dengan kode sampel “Irigasi” dan “JBT Alue Buloh”.
“Sampel dikirim tanggal 26 April 2023 dan diterima pihak LABBA tanggal 27 April 2023, hasilnya baru keluar ,” pungkas Zeddy (b22)















