BATUBARA (Berita): Jalan tergerus air laut (abrasi) menjadi faktor penyebab warga dan anak sekolah memanfaatkan sampan tempel sebagai sarana penyeberangan.
Namun naas saat jalan tersebut diterjang gelombang laut, 13 pelajar yang berada di sampah tempel tersebut ikut hanyut.
Hal itu diungkapkan saksi mata, dua warga Arif dan Jhon Adek yang menjadi saksi saat
peristiwa 13 pelajar penumpang sampan tempel yang tenggelam di perairan Pelabuhan Tanjung Tiram Rabu (17/7/2024)
“Melalui jalan darat kondisinya sangat buruk dipenuhi tonjolan batu cadas dan lumpur di sejumlah titik. Kiji jalan itu amblas dan terputus sasaran keganasan gelombang pasang laut,” kata Arif.
Menurutnya, anak-anak didik menjadi tanggung jawab Pemerintah menuntut ilmu merai masa depan yang lebih baik harus menantang maut mengarungi sungai.
Arif menambahkan Desa Bandar Rahmad menuju Tanjung Tiram mau tidak mau harus melalui jalan laut menyeberang menggunakan sampan tambang/sampan tempel hendak melakukan aktivitas sehari-hari maupun berobat ke luar.
Untuk itu Arif sangat memohon kepada Wakil Rakyat yang terpilih 2024-2029 agar membuat trobosan baru, perubahan nyata di tengah-tengah masyarakat terkhusus di desa pesisir.
Terpisah warga Desa Bandar Rahmad didampingi Ramli Sinaga dikonfirmasi Berita menyebutkan peristiwa sampan tempel di tumpangi 13 Pelajar tenggelam di Tanjung Tiram menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat.
Pemerintah daerah harus segera melakukan introspeksi dan bertindak nyata. Infrastruktur menjadi prioritas utama, memastikan bahwa setiap warga memiliki akses yang aman dan layak untuk beraktivitas sehari-hari.
“Tidak logis di era modern seperti sekarang, anak-anak mempertaruhkan nyawa belajar menuntut ilmu,” katanya.
Rahmad menyebut mereka yang tinggal di desa terluar tidak memiliki akses jalan. Ketika ada korban Pemerintahan sibuk mengunjungi korban membawa fasilitas belajar.
Menurutnya tindakan itu tidak menyentuh akar masalah dan minimnya komitmen terhadap kesejahteraan dan keselamatan hajat orang banyak. “Kondisi yang tidak bisa diterima.
Pembangunan infrastruktur Desa Bandar kapan,” ungkap Rahmad. (als)















