JAKARTA Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 29 Oktober 2025 menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga meski indikator kinerja perekonomian global menunjukkan perlambatan aktivitas ekonomi di berbagai kawasan.
“Meskipun demikian, IMF pada World Economic Outlook Oktober 2025 merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan global seiring dengan tercapainya kesepakatan perdagangan dan kebijakan moneter global yang lebih akomodatif,’ kata Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam konferensi pers yang dihadiri wartawan ekonomi dari seluruh Indonesia secara offline dan online (zoom) Jumat (7/11/2025) siang.
Siaran pers yang diterima dari Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, M Ismail Riyadi melalui Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara menyebutkan hal itu Jumat (7/11/2025).
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar memaparkan kondisi seltur jasa keuangan pada Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Oktober 2025 dengan narasumber seluruh Anggota Dewan Komisioner (ADK) OJK di Kantor OJK Jakarta.
Anggota Dewan Komisioner yang hadir
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan; Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon; Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun; Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen.
Kemudian Shopia Isabella Watimena, Ketua Dewan Audit; Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya serta
Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto.
Mahendra mengatakan di Amerika Serikat, kinerja perekonomian masih cenderung melemah dengan pasar tenaga kerja yang mulai tertekan, berlanjutnya government shutdown, serta default beberapa perusahaan yang menjadi perhatian pasar.
Di sisi lain, The Fed dinilai akan lebih akomodatif dengan menurunkan suku bunga kebijakan serta pasar masih mengekspektasikan penurunan suku bunga lanjutan di Desember 2025.
Di Tiongkok, beberapa indikator utama di sisi permintaan tercatat di bawah ekspektasi pasar. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan III-2025 melambat, dengan konsumsi rumah tangga yang masih tertahan, mengindikasikan masih lemahnya konsumsi domestik.
“Penjualan ritel dan aktivitas di sektor properti juga mencatatkan perlambatan,’ kata Mahendra.
Di kawasan Eropa, indikator perekonomian baik dari sisi demand maupun supply terpantau stagnan. Risiko kawasan juga mengalami peningkatan seiring dengan gejolak di pasar keuangan Perancis yang dipicu oleh instabilitas politik dan penurunan peringkat utang yang didorong pemburukan kondisi fiskal.
Di dalam negeri, perekonomian Indonesia terpantau solid dengan ekonomi triwulan III tumbuh 5,04 persen yoy dan indeks Purchasing Manager Index (PMI) atau Indehs Manajer Pembelian manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi.
Sementara itu, perlu dicermati perkembangan permintaan domestik yang masih memerlukan dukungan lebih lanjut seiring dengan moderasi inflasi inti, tingkat kepercayaan konsumen, serta tingkat penjualan ritel, semen, dan kendaraan. (wie)













