Bursa Efek Indonesia Terbesar Di Asia Tenggara

  • Bagikan
Kepala OJK Provinsi Sumut Khoirul Muttaqien (kiri) memberikan cendramata kepada Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (kanan) di Kantor PT BEI Jakarta Kamis (15/5/2025) siang. Berita Sore/laswie wakid

JAKARTA (Berita): PT Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan bursa yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai kapitalisasi pasar saat ini mencapai Rp13.400 triliun setara dengan 800 miliar dolar AS.

“Nilai kapitalisasi itu merupakan terbesar di ASEAN dan urutan ke 20 dunia,” kata Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan PT
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (15/5/2025) siang.

Jeffrey menyatakan hal itu kepada wartawan dari lima provinsi (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepri) dalam rangkaian Media Gathering OJK Se Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) di Jakarta 4-6 Agustus 2025.

Acara itu digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara dihadiri Kepala OJK OJK Sumut Khoirul Muttaqien yang juga selaku Koordinator Wilayah OJK Sumbagut dan empat Kepala OJK lainnya.

“Selamat datang di bursa efek terbesar di Asia Tenggara,” kata Jeffrey lagi.

Rata-rata transaksi Rp13,4 triliun, setara dg Rp800 jt dolar AS. “Dengan nilai kapitalisasi yang besar itu, BEI cukup diperhitungkan di kancah global,” ungkapnya.

Ia menambahkan saat ini BEI bertransformasi jadi multi aset. Selama ini yang diperdagangkan saham, sekarang sudah bertransformasi dengan menambah produk lain seperti reksadana, derivatif, efek bangun aset, bonds, ETFs, Futures dan sebagainya
Sebentar lagi liquidity provider untuk saham. Sejak September 2023 BEI sudah jadi Perdagangan Bursa Karbon.

Jeffrey menambahkan saat ini investor mencapai 17,5 juta. Perkembangan investor cukup besar terlihat dari banyaknya tambahan investor. Tahun 2024, target rata-rata tambah 2 juta investor, terealisasi 2,7 juta. Sampai Juni tahun ini, jumlah investor 15 persen ada di Sumatera dan sisanya 85 persen berada di Pulau Jawa.

Sejak masa covid-19 tahun 2020 sampai tahun ini, jumlah investor yang aktif sudah meningkat. Sejak masa Covid-19 pula, milenial mendominasi investor saham.

“Untuk menambah investor perlu ada kebijakan perlindungan investor paling terdepan dengan literasi untuk kebaikan dirinya sendiri. Kalau masyarakat terliterasi dengan baik maka bisa melindungi diri sendiri,” terang Jeffrey.

Total perusahaan tercatat saham sampai Juli 2025 mencapai 954 emiten, setiap tahun tambah lebih 50 emiten yang membuat BEI terbesar kedua setelah Malaysia dari sisi Emiten. Pada 25 juli 2025. ada 22 perusahaan tercatat. “Jadi harapannya jumlah perusahaan tercatat terus bertambah,” terangnya.

Ia berharap media perlu memberikan informasi baik ke masyarakat, sejalan dengan perkembangan Bursa Efek di Sumatera berjalan dengan baik. Karena selama ini banyak info yang tak benar. Literasi pasar modal saat ini masih 17,78 persen.

BEI juga tahun lalu meluncurkan ‘Aku Investor Saham”, merupakan salah satu upaya mempermudah sekaligus meningkatkan literasi para modal.

Kepala OJK Provinsi Sumut Khoirul Muttaqien yang memimpin media gathering ini mengatakan perkembangan Bursa Efek Indonesia luar biasa, terlihat dari banyaknya produk baru, termasuk bursa karbon. Kalau mau investasi ke pasar modal, mau saham, mau reksadana dan banyak produknya.

“Kami harap wartawan dapat kerja sama dengan kita untuk pendalaman pasar,” tutup Muttaqien. (wie)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *