Suplai Listrik Kendala Utama Pemulihan Jaringan Telekomunikasi

  • Bagikan
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Wamenkomdigi RI) Nezar Patria menyebutkan suplai listrik yang belum stabil menjadi kendala utama dalam pemulihan jaringan telekomunikasi Di Banda Aceh, Jum'at (5/12). (ant)

BANDA  ACEH (Berita): Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Wamenkomdigi RI) Nezar Patria menyebutkan suplai listrik yang belum stabil menjadi kendala utama dalam pemulihan jaringan telekomunikasi di Aceh pasca bencana hidrometeorologi.

“Jadi problem utama dari BTS di Aceh ini bukan hancur karena banjir karena kebetulan tempatnya itu relatif aman dari terpaan banjir. Problem utama kita adalah suplai listrik. Nah kalau suplai listrik sudah normal Insya Allah BTS bisa berfungsi seperti sediakala,” kata Nezar Patria, di Banda Aceh, Jumat (5/12).

Nezar menjelaskan, dari 3.414 Base Transceiver Station (BTS) di Aceh, saat ini baru 52 persen yang kembali aktif. Sisanya, masih belum dapat beroperasi optimal diakibatkan ketersediaan listrik terbatas.

Ia menjelaskan, selama masa tanggap darurat, sejumlah BTS dioperasikan menggunakan genset. Tetapi, penggunaannya terbatas karena tidak dapat beroperasi 24 jam penuh. Mesin membutuhkan jeda agar tidak rusak.

Dalam situasi seperti ini, lanjut Nezar, diperlukan suplai BBM yang cukup. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pertamina agar pasokan untuk wilayah kritikal mendapat perhatian dan penanganan khusus, sehingga cadangan BBM seluruh Aceh tetap terjaga.

“Menurut laporan Pertamina, suplai terus berjalan, baik melalui jalur laut maupun darat, dan ini terus menjadi perhatian pemerintah untuk memastikan distribusi BBM tidak terputus,” ujarnya.

Untuk memperkuat akses telekomunikasi di daerah terdampak, kata dia, Kemkomdigi RI telah menyalurkan 20 unit Starlink. Dari total tersebut, enam unit dikirim ke Aceh Tamiang dan diterima langsung Kepala Dinas Kominfo setempat melalui pengiriman menggunakan kapal SAR.

Lalu tiga unit lainnya disalurkan untuk Aceh Tengah dan saat ini masih dalam proses pengiriman. Jumlah yang sama, juga dikirim ke Gayo Lues dan Aceh Tenggara, keduanya masih dalam tahap perjalanan menuju lokasi.

“Kemudian ada tiga unit ke Bener Meriah, ditambah dua unit sudah berada dalam perjalanan lagi ke sana,” katanya.

Di Pidie Jaya, lanjut Nezar, pemerintah menyalurkan satu unit Starlink dan menambah dua unit tambahan untuk memperkuat layanan telekomunikasi di daerah tersebut. Bireuen juga mendapat satu unit yang langsung diarahkan untuk mendukung kebutuhan konektivitas setempat.

“Dua unit ke Lhokseumawe, yang selanjutnya akan dibawa ke Lokop melalui bantuan Danrem Lilawangsa karena Lokop ini sangat membutuhkan akses telekomunikasi,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Nezar mengapresiasi kerja cepat operator seluler seperti Telkomsel, Indosat, XLSMART serta dukungan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) yang menurunkan peralatan telekomunikasi dan membuka akses satelit di sejumlah titik, termasuk di Aceh Tamiang.

“Upaya ini sangat membantu para pengungsi berkomunikasi dengan keluarganya. Banyak yang khawatir karena sebagian wilayah sempat terisolir,” kata.

Ia memastikan bahwa pemerintah akan terus mempercepat pemulihan telekomunikasi dengan dukungan seluruh pihak. “Jika aliran listrik sudah normal, pemulihan jaringan telekomunikasi diperkirakan bisa mencapai lebih dari 90 persen,” demikian Nezar Patria. (ant)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *