DI TENGAH kerumunan massa menguning di kantor baru Partai Golkar Madina di Panyabungan, Minggu (16/10) begitu menatap ke samping H. Syahrul M. Pasaribu tampak terhenyak.
“Kemana aja kau, Am ? Sekarang di Madina ?,” katanya. Begitu dijawab iya, Bupati Tapsel dua periode itu pun mengguk-angguk.
Syahrul mengatakan, aktivitas dulu sebagai bupati, tak jauh beda dengan sekarang; sama-sama untuk kepentingan orang banyak.
“Hari ini aja, kegiatan Partai Golkar di tiga kabupaten/kota di Sumut,” ujar Syahrul dalam kapasitas mewakili Ketua DPD Partai Golkar Sumut memperingati HUT ke-58 Partai Golkar.
Komunikasi antara kepala daerah (dalam hal ini Bupati Tapsel waktu itu) dengan pers (dalam hal ini Asisten Redaktur Sumut (khusus Tabagsel) Waspada saat itu), tak hanya bicara tentang pemberitaan. Terkadang justru seperti diskusi.
Ketika itu, saat perjalanan jurnalistik ke Madina dengan lima redaktur dan satu pimpinan redaksi, Syahrul M Pasaribu menghubungi lewat telepon. Saat itu sudah melewati Tarutung.
“Lagi di mana, Am?” Yang ditanya menjawab, sudah hampir sampai. “Kawan saya, juga kawan abang, lima redaktur dan satu Pimred, menuju kantor abang.” Syahrul M. Pasaribu seperti tak percaya.
Kami kemudian benar-benar ke kantor Bupati Tapsel, saat itu masih di Padangsidimpun menjelang pindah ke Sipirok. Saat jumpa, Syahrul M. Pasaribu dan kami sama-sama tertawa. Di situ sudah ada Sukri Falah Harahap (wartawan Waspada di Tapsel).
Setelah ngobrol sambil ngopi, katanya kopi terenak di Tapsel kemudian perjalanan diteruskan ke Panyabungan.
Sekarang ini, Syahrul, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar Sumut, selain melaksanakan tugas sebagai fungsionaris Partai Golkar, juga melakukan seabrek kegiatan sosial.
Tercatat, Syahrul M. Pasaribu, Bupati Tapsel dua periode (2010-2015 dan 2016-2021). Dia sangat dekat dengan wartawan, apalagi pernah menjadi anggota DPRD Sumut Fraksi Golkar tiga periode (1999-2004, 2004-2009 dan 2009-2010.
Syahrul melaksanakan studi S2 Pascasarjana Program Magister Studi Pembangunan USU dan S2 Pascasarjana Program Ilmu Hukum UMA.
Yang paling diingat, saat menjadi Bupati Tapsel, Syahrul mengitari sampai ke pelosok Tapsel, seperti tak pernah berhenti. Dia termotivasi untuk melihat kondisi ril di lapangan, walaupun terkadang medannya sangat menantang untuk kemudian mengambil kebijakan selanjutnya.
Hal lainnya yang terus diingat, pembangunan Tapsel dengan strategi “mar-mar” (marudan mar las niari), dalam arti tak kenal hujan-panas untuk menciptakan Tapsel yang lebih baik.
Barangkali, itu yang terus ingat, ketika seseorang memperhatikan ke arah Syahrul M. Pasaribu.
“Kalau Sumatera Tenggara sudah terealisir, mungkin inilah Gubernur Sumtra yang paling cocok,” katanya. Cocok kelen rasa… ? (Irham Hagabean Nasution)