MADINA (Waspada): Sejumlah kisah miris di Mandailing Natal akibat penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (Narkoba), mengumbar ke permuaan. Merambah ke berbagai kawasan.
Pecandunya, pemakainya, ada yang ‘rintik’ (gila), ada pula menghantam ibunya berdarah-darah. Penyalahgunaan Narkoba di Madina sudah sampai pada tingkat stadium sangat memprihatinkan. Na’udzubillah min zalik.
Tanpa dikomando, sejumlah orang di grup WA Forum Anak Madina, Jumat (19/5) kembali memperbincangkan kondisi masyarakat ke depan.
Apakah kondisi di Madina dibiarkan? Mereka pun — berasal dari berbagai profesi — memberi sumbangsih untuk berbuat mencari jalan menanggulangi bahaya penyalahgunaan Narkoba yang sudah mengancam sendi kehidupan.
Adalah Longga Sariani Lubis, anggota grup WA FAM, menceritakan kondisi di lapangan yang benar-benar sangat memprihatinkan. Ini, ancaman luar biasa terhadap generasi penerus, termasuk Madina.
Longga yang berprofesi guru ini mengungkapkan, karena Narkoba, ada yang gila. Ibunya tetap mengurus anaknya yang sudah ‘rintik’ karena Narkoba. Dasar gila, dia hantam ibunya sampai berdarah-darah. Na’udzubillah.
Banyak komentar menarik di grup WA FAM. Demgarlah Aflan Q. Nasution, mantan Wakil Ketua DPRD Mandailing Natal.
“Di Batahan, bandarnya sudah sempat dikeroyok massa. Si bandarnya pura-pura pingsan, sekarat. Dalam keadaan sekarat dibawa oknum arah Natal,” ujarnya.
Sedangkan penyalahgunaan Narkoba di Pidolilombang, Panyabungan, dan sekitarnya sudah berlangsung meresahkan masyarakat. Massa kemudian bergerak, melawan, kemudian menciduk tujuh orang kemudian diserahkan ke Mapolres Maduna.
Pemakai ganja dan sabu di berbagai tempat. Anggota grup WA FAM menceritakan,
pengguna sabu di Madina semakin memprihatinkan. Saat perjalanan ke Natal, kemarin, katanya, rombongan singgah sebentar di Desa Muara Parlampungan.
Ketika dia hendak buang air kecil, lalu dia pergi ke WC SD di Desa Parlampungan di sampingnya ada sebuah gudang, lalu tiba-tiba tiga anak remaja kelur dari dalam gudang dengan memegang mancis dan berkeringat.
“Lalu saya coba perhatikan, saya temukan bekas air mineral dijadikan alat bantu hisap sabu, sangat miris anak usia remaja menurut pengamatan saya masih berusia SMP menggunakan narkoba jenis sabu,” ujarnya.
Pengacara senior di Jakarta asal Madina M. Amin Nasution, SH, MH mengungkapkan, masalah penyalahgunaan narkoba ini sudah pada tahap stadium sangat memprihatinkan sekaligus menjadi kekhawatiran sangat mendalam akan keberlangsungan bangsa ini 20 sampai 30 tahun ke depan.
“Sebab, generasi muda kita pada level persentase tertentu (persisnya saya tidak tahu karena belum melakukan penelitian) tapi berkaca pada penghuni lapas rata-rata minimal 60 persen adalah asus narkoba (kebetulan rata-rata 2 kali sebulan saya berkunjung ke beberapa lapas baik untuk mengajar maupun membezuk klien),” ujarnya.
Dikatakab, pada umumnya mereka adalah remaja generasi penerus bangsa ini, sementara di satu sisi belum muncul konsep yang konprehensif maupun figur yang menjadi idola yang bisa menjadi panutan untuk pemberantasan penyalahgunaan narkoba ini, sedangkan di sisi lain mafia narkoba international telah menjadikan negara kita sebagai surga peredaran narkoba.
Persoalan ini didiskusikan, dibahas, untuk lebih fokus menanggulangi ancaman peredaran narkoba di Madina, yang kini sudah sangat menakutkan.
Direncanakan, anggota grup ketemu malam Senin (20/5). “Pokoknya, informasi nanti disampaikan, kita perlu ‘kopi darat,” ujar Amir
Mahmud Lubis, SH, pimpinan Baznas Madina, mantan pengacara. (irh)