JAKARTA (Berita): Presiden Amerika Serikat Donald Trump menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (AS) atau United States Agency for International Development (USAID) dan semua stafnya yang ada di lebih 100 negara ditarik ke Amerika Serikat paling lama Jumat, 7 Pebruari 2025.
Terkait penutupan USAID, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, sejauh ini tidak ada proyek USAID di Indonesia yang relatif besar.
Hal itu sebagai respons atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang resmi menutup USAID.
“Kalau proyek USAID saya tidak monitor, tapi kalau kita lihat sebetulnya tidak ada proyek USAID yang relatif besar,” ujar Airlangga dalam konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, di Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Sebagaimana diketahui, Kantor Pusat USAID di Washington, Senin (3/2/2025), resmi ditutup setelah Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) Elon Musk mengatakan Presiden Donald Trump telah memberi lampu hijau penutupan badan tersebut.
Penutupan itu berimbas pada proyek yang didanai USAID di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, USAID telah menyalurkan sekitar 153 juta dolar AS pada 2023 untuk berbagai proyek. Proyek-proyek tersebut mencakup dukungan untuk antikorupsi, perubahan iklim, pendidikan hingga kesehatan.
Salah satu proyek bantuan USAID, yakni bantuan dana senilai 882.750 dolar AS (sekitar Rp13,35 miliar) kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendanai kegiatan vaksinasi polio di Indonesia.
Sejak 2023, USAID telah memberikan bantuan dana lebih dari 3,2 juta dolar AS (sekitar Rp48,4 miliar) untuk mendukung penanganan wabah polio di Indonesia dan dua putaran imunisasi nasional.
Namun, sebagaimana mengutip situs web https://www.usaid.gov/, per 7 Februari 2025 pukul 23.59 seluruh pegawai langsung USAID akan ditempatkan dalam cuti administratif secara global, kecuali mereka yang menjalankan fungsi kritis.
USAID resmi ditutup, Staf Diperintahkan kembali ke AS paling lambat Jumat, 7 Pebruari 2025.
Dalam pengumuman di situs webnya pada Selasa malam, USAID menyatakan hampir semua staf akan diliburkan pada Jumat, 7 Pebruari 2025 malam. Sebelumnya pada hari itu, semua misi luar negeri USAID telah diperintahkan untuk ditutup, dan semua staf telah dipanggil kembali pada Jumat.
Pernyataan tersebut mencatat bahwa lembaga tersebut sedang menyusun rencana dengan Departemen Luar Negeri untuk mengatur dan membiayai perjalanan pulang dalam waktu 30 hari bagi personel USAID yang ditugaskan di luar AS. Email tersebut menyatakan pegawai yang tidak menduduki posisi penting seperti tenaga kontrak, akan diberhentikan.
Wakil administrator yang baru ditunjuk untuk badan tersebut, Pete Marocco, bertemu dengan pimpinan Departemen Luar Negeri pada hari Selasa. Pemerintah AS memerintahkan mereka untuk mengeluarkan semua karyawan USAID dari negara masing-masing di seluruh dunia paling lambat hari Jumat.
Menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut. Marocco mengatakan bahwa jika Departemen Luar Negeri tidak melakukannya, staf akan dievakuasi oleh militer AS, kata sumber tersebut.
Pemerintahan Trump telah menargetkan USAID ketika presiden dan sekutunya, termasuk miliarder Elon Musk yang menjabat sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah atau DOGE, berusaha memangkas ukuran pemerintah federal.
Masa depan USAID yang didirikan pada 1961 untuk memerangi kemiskinan, memperkuat demokrasi, dan melindungi hak asasi manusia dan kesehatan global, kini tidak pasti.
Musk mengatakan badan tersebut harus ditutup. Ia beralasan bahwa badan tersebut tidak dapat diperbaiki lagi.
Ketika ditanya hari Selasa apakah akan menghentikan USAID, Trump tak membantah. Trump juga memuji Musk karena meneliti lembaga tersebut. “Lihatlah semua penipuan yang ditemukan oleh Musk (di USAID),” kata Trump.
Ia menambahkan bahwa pendanaan telah diberikan kepada segala macam kelompok yang seharusnya tidak berhak menerima uang.
Atul Gawande, mantan direktur USAID Global Health, mengatakan bahwa langkah untuk menargetkan badan tersebut berbahaya bagi negara. “Yang sedang kita bicarakan adalah para pekerja tanggap bencana, kita berbicara tentang para pekerja kesehatan dan orang-orang yang berbuat baik dan melindungi Amerika di seluruh dunia,” kata Gawande.
“Anda berbicara tentang 20 juta orang dalam program HIV global yang telah mengurangi HIV di seluruh dunia, mereka hidup tanpa obat-obatan yang membuat mereka tetap hidup. Anda berbicara tentang wabah penyakit yang tidak dihentikan, seperti flu burung, yang pemantauannya telah dihentikan di 49 negara.”
Pada tahun fiskal 2023, USAID mengelola lebih dari 40 miliar miliar dolar AS menurut Congressional Research Service. Jumlah ini kurang dari 1 persen dari keseluruhan anggaran federal.
Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk program tata kelola, untuk membantu mengembangkan dan memperkuat tata kelola yang demokratis. Progam lainnya adalah kemanusiaan dan kesehatan, menurut laporan tersebut. Negara-negara yang menerima dana terbanyak pada tahun fiskal 2023 adalah Ukraina, Ethiopia, dan Yordania.
Penarikan staf juga dilakukan terhadap pejabat dinas luar negeri agensi, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di luar negeri, sering kali bersama keluarga mereka. Mereka harus memikirkan logistik untuk anak-anak mereka yang bersekolah, perumahan, memindahkan barang-barang mereka, dan tempat tinggal baru di Amerika Serikat. (ant/tmp)