MEDAN (Berita): Upaya memperluas akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara Khoirul Muttaqien mengatakan hal itu jelang buka puasa bersama Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (Forkom IJK) Sumut dan media partner OJK di Menara Bank Mandiri Jalan Pulau Pinang Medan Selasa (11/3/2025) petang.
Muttaqien menjelaskan hingga Januari 2025, total kredit yang disalurkan kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp80,50 triliun, tumbuh 2,82 persen yoy. Sebagian besar kredit dialokasikan ke segmen Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang menyumbang 79,92 persen dari total kredit dengan pertumbuhan 6,27 persen yoy.
Sementara itu, segmen Usaha Menengah berkontribusi 20,08 persen terhadap total kredit UMKM. Penyaluran kredit ini didominasi oleh sektor perdagangan, perkebunan kelapa sawit, dan pertanian padi, yang berperan penting dalam mendukung produktivitas dan penguatan sektor riil di Sumatera Utara.
“Penyaluran kredit konsumtif terus menunjukkan tren peningkatan, berkontribusi signifikan terhadap pemulihan pertumbuhan kredit di Sumatera Utara,” katanya.
Hingga Januari 2025, kredit konsumtif tercatat mencapai Rp88,04 triliun, tumbuh 13,41 persen yoy. Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan konsumen dan akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan. “Stabilnya tren pertumbuhan kredit konsumtif dalam setahun terakhir menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat serta pemulihan ekonomi yang semakin solid,” katanya
Pertumbuhan kredit konsumtif didorong oleh peningkatan kredit rumah tangga lainnya dan multiguna, yang tumbuh 16,07 persen yoy, serta kredit kepemilikan rumah (KPR) sebesar 7,00 persen yoy dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang naik 14,41 persen yoy.
“Tren ini mencerminkan solidnya konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara,” katanya.
Yang mendapat dorongan dari penyelenggaraan PON serta insentif makroprudensial yang berlanjut, seperti kelonggaran uang muka hingga 0 persen, insentif pembelian kendaraan listrik, dan program subsidi tiga juta rumah.
Kombinasi faktor ini semakin memperkuat daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan kredit di sektor konsumsi.
Kualitas kredit perbankan pada Januari 2025 tetap berada pada level yang aman, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) net sebesar 0,78 persen, sedikit meningkat dibanding Desember 2024 yang tercatat 0,73 persen.
Sementara itu, persentase kredit bermasalah (NPL) gross tercatat sebesar 1,62 persen, meningkat tipis dari 1,58 persen pada Desember 2024. Namun menurun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1,93 persen.
Muttaqien menyebut perbaikan juga terlihat pada Loan at Risk (LaR), yang turun menjadi 6,39 persen dari sebelumnya 8,18 persen di Januari 2024. “Penurunan LaR ini dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi, mencerminkan pemulihan kualitas portofolio kredit perbankan dan pengelolaan risiko yang lebih baik,” jelasnya. (wie)