MEDAN (Berita): Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan II-2023 tumbuh 5,19 persen (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya.
“Pertumbuhan itu memberikan kontribusi besar atau pangsanya mencapai 23,31 persen sekaligus tertinggi di Pulau Sumatera,” kata IGP Wira Kusuma, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara Minggu (10/9).
Ia menjelaskan pangsa ekonomi terbesar lainnya, kedua Riau 21,91 persen, ketiga Sumatera Selatan 14,22 persen dan Lampung 10,28 persen.
Provinsi lainnya memberikan pangsa satu digit yakni Kepulauan Riau7,30 persen, Sumatera Barat 8,97 persen, Jambi 6,52 persen, Aceh 5 persen, Kepulauan Bangka Belitung 2,31 persen dan Bengkulu 2,18 persen.
Wira menyebut pertumbuhan ekonomi Sumut pada periode laporan ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional (5,17 perse yoy) dan Sumatera (4,90 persen, yoy) pada periode yang sama. Provinsi lainnya di Sumatera, realisasi pertumbuhan tahunan (yoy) yakni Aceh 4,37 persen, Sumbar 5,14 persen, Riau 4,88 persen, Kepri 5,04 persen, Bengkulu 4,18 persen, Jambi 4,86 persen, Kepulauan Bangka Belitung 5,13 persen, Sumsel 5,24 persen dan Lampung 4 persen.
“Dari sisi pengeluaran, tambah Wira, akselerasi pertumbuhan utamanya berasal dari daya beli
yang terjaga dan meningkatnya aktivitas mobilitas seiring dengan momen Hari
Besar Keagamaan dan libur sekolah,” katanya.
Hal ini tecermin pada pertumbuhan konsumsi
rumah tangga yang mencapai pertumbuhan 6 persen (yoy), lebih tinggi dibanding rerata
pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebelum pandemi sebesar 4,99 persen.
Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2023
utamanya didorong oleh sektor Industri Pengolahan yang mencatatkan kenaikan
andil tertinggi dari triwulan I-2023.
Sementara itu, Lapangan Usaha (LU) Pertanian serta Perdagangan
Besar dan Eceran masih mencatatkan pertumbuhan yang kuat pada triwulan II-2023.
“Konsumsi rumah tangga mengalami moderasi dari pertumbuhan yang tinggi triwulan sebelumnya,” kata Wira.
Memasuki triwulan III 2023, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Penjualan Riil mengalami moderasi dibandingkan triwulan sebelumnya pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Idul Fitri dan Idul Adha.
Sedangkan konsumsi pemerintah, simpanan pemerintah daerah (Pemda) di awal triwulan III 2023 mengalami penurunan seiring optimalisasi kegiatan dan proyek infrastruktur yang terus digiatkan.
Begitu pula harga gabah mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan harga beras di pasar internasional dan faktor cuaca. Adapun Nilai Tukar Petani (NTP) termoderasi terutama didorong oleh NTP Perkebunan yang menurun, dampak penurunan harga Tandan Buah Sawit (TBS).
“Industri pengolahan pada triwulan berjalan diperkirakan membaik seiring dengan meningkatnya Likert Scale permintaan domestik (Survei Laison) dan konsumsi listrik di bidang industri yang tetap kuat. (wie)