MEDAN (Berita): Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sebelumnya stagnan sepanjang 2023 kini menunjukkan tren peningkatan. Hingga Oktober 2024, total DPK yang dihimpun mencapai Rp328,37 triliun, tumbuh 5,38 persen (yoy).
Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Utara Khoirul Muttaqien mengatakan hal itu kepada wartawan Jumat (20/12/2024).
Menurut Muttaqien, pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan Deposito sebesar 8,40 persen (yoy) serta Tabungan yang tumbuh 4,74 persen (yoy). Dari sisi struktur, porsi terbesar DPK masih didominasi oleh Tabungan, yang berkontribusi 43,20 persen dari total DPK, diikuti oleh Deposito (39,95 persen) dan Giro (16,85 persen).
“Sektor perbankan di Sumatera Utara terus menunjukkan resiliensi, terutama dengan adanya peningkatan modal dan kestabilan likuiditas hingga November 2024,” ungkapnya.
Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga. Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid.
Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat masing-masing sebesar 120,10 persen dan 23,75 persen, masih dalam level yang aman melampaui ambang batas yang kesehatan bank sebesar 50 persen dan 10 persen.
“Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara,” jelasnya.
Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat menjadi 30,94 persen (Desember 2023: 28,22 persen). Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.
Kredit yang mengalami pemulihan kini tumbuh lebih kuat, yaitu sebesar 9,69 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebelumnya sebesar -0,86 persen yoy pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Ini mengindikasikan bahwa ekonomi daerah terus mengalami kemajuan yang stabil,” ungkapnya.
Sebagian besar penyaluran kredit difokuskan pada kredit produktif, yang mencapai Rp193,27 triliun atau 69,17 persen dari total kredit, tumbuh 7,66 persen yoy. “Pertumbuhan ini menunjukkan pemulihan setelah periode kontraksi pada tahun sebelumnya,” kata Muttaqien. (wie)