Kinerja Bank Umum Berkantor Pusat Di Sumut Cukup Solid

  • Bagikan
Berita Sore/laswie wakid Kepala OJK Regional 5 Sumbagut Yusup Ansori.
Berita Sore/laswie wakid Kepala OJK Regional 5 Sumbagut Yusup Ansori.

 

 

MEDAN (Berita): Bank Umum berkantor pusat di Sumut yakni Bank Sumut dan Bank Mestika Dharma secara konsolidasi mencatatkan kinerja yang solid dan pertumbuhan lebih tinggi dibanding capaian industri.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Yusup Ansori mengatakan hal itu kepada wartawan Senin (25/7/2022).
Yusup menjelaskan hal ini terlihat dari pertumbuhan aset sebesar 9,09 persen yoy, pertumbuhan DPK sebesar 9,27 persen yoy, dan pertumbuhan kredit yang cukup solid yaitu sebesar 10,69 persen yoy.
“Kinerja tersebut juga ditopang dengan profil risiko yang terjaga, tercermin dari rasio NPL gross 2,70 persen dan permodalan yang kuat, tercermin dari rasio CAR 26,88 persen,” tegasnya.
Yusup menyampaikan bahwa kinerja industri perbankan di Sumatera Utara hingga posisi Mei 2022 terpantau semakin pulih dan stabil meningkat. Hal ini terutama ditandai dengan pencapaian pertumbuhan kredit yang melebihi pertumbuhan sebelum pandemi covid-19, diiringi dengan fungsi intermediasi yang membaik dengan profil risiko yang terjaga.
Industri perbankan di Sumatera Utara terdiri dari 2 bank umum berkantor pusat, 54 bank umum berkantor cabang dan 53 BPR/BPRS di Sumatera Utara. Total aset sebesar Rp317,79 triliun dengan pertumbuhan 8,19 persen year on year (yoy). Aset tersebut terdiri dari Bank Umum sebesar Rp315,45 triliun dan BPR/BPRS sebesar Rp2,33 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) terhimpun sebesar Rp295,79 triliun dengan pertumbuhan 7,61 persen yoy. Porsi simpanan bank umum terbesar terdapat pada Tabungan sebesar Rp134,66 triliun dengan share 45,81 persen dari total DPK, diikuti dengan deposito sebesar Rp109,86 triliun dengan share 37,37 persen, dan Giro sebesar Rp49,46 triliun dengan share 16,82 persen.
Penyaluran kredit terpantau meningkat dengan outstanding sebesar Rp230,14 Triliun dengan pertumbuhan sebesar 5,60 persen yoy, membaik dan melebihi pertumbuhan pada saat pra pandemi (2019) sebesar 3,17 persen yoy. Adapun pertumbuhan kredit selama masa pandemi terkontraksi yaitu sebesar -3,86 persen yoy (2020) dan -2,27 persen yoy (2021).
“Pertumbuhan kredit sebagian besar ditopang oleh sektor perdagangan dan sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan,” ujar Yusup
Penyaluran kredit pada sektor perdagangan mencapai Rp44,09 triliun dengan pertumbuhan 10,26 persen yoy dengan komposisi pertumbuhan terhadap total kredit sebesar 1,90 persen. Untuk sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan mencapai Rp45,58 triliun dengan pertumbuhan 6,37 persen yoy dengan komposisi pertumbuhan terhadap total kredit sebesar 1,26 persen.
Rasio Non Performing Loan (NPL) gross tercatat sebesar 2,58 persen, mengalami perbaikan dibanding pada saat pandemi (Desember 2020) yang tercatat sebesar 3,35 persen. Artinya, sebesar Rp1,35 triliun kredit bermasalah telah menurun sebagai respons dari adanya kebijakan stimulus yang dikeluarkan oleh OJK. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *